Rabu, 24 November 2010

belajar

anggapan

1.
silahkan add fb teman2 saya: abuhaidar.riyanto@gmail.com , arios6home@gmail.com . Atik (sms/call: 085641095564), on Januari 17, 2010 at 3:33 pm said:

Membenci Pujian

http://ustadzaris.com/membenci-pujian

Seorang penyair arab kenamaan di masanya, Syaikh Dr. Muhammad Taqiyuddin Al Hilali pernah menulis untaian bait-bait syair panjang berisi pujian untuk Syaikh Ibnu Baz secara khusus dan kabilah Baaz secara umum. Ketika Syaikh bin Baaz mengetahui hal ini beliau menulis bantahan untuk untaian syair tersebut.

Beliau mengatakan,

“Aku telah mentelaah untaian syair yang disebarluaskan oleh jurnal Jamiah Islamiah di India pada edisi yang ke-9 yang ditulis oleh yang terhormat Dr. Taqiyuddin Al-Hilali. Keberadaan untaian bait-bait syair tersebut sungguh sangat menggelisahkanku. Sunguh sangat kusayangkan bait-bait syair semacam itu ditulis oleh orang semisal beliau karena dalam bait-bait syair tersebut terkandung pujian yang berlebihan terhadapku dan kabilahku….
Kunasehatkan kepada beliau yang terhormat agar tidak mengulangi perbuatan semacam itu lagi dan memohon ampun kepada Allah atas apa yang telah terjadi”.

Renungkanlah akhlak seorang ulama sejati di atas, bagaimana beliau menyalahkan orang yang memuji dirinya. Perhatikan pula tutur kata beliau yang lembut tatkala menyalahkan orang lain. Dua sikap di atas adalah sikap yang sangat sulit kita dapatkan di zaman ini.

Alih-alih membenci pujian, banyak orang sekarang malah memburu pujian dari orang lain.
Ketika mengkritik dan menyalahkan orang lain banyak orang yang tidak bisa mengontrol lisan dan emosinya. Hanya manusia pilihan Allah yang bisa tetap bertutur kata lembut ketika mengungkapan kejengkelannya dengan sikap orang lain yang tidak dia sukai.

Ada seorang penuntut ilmu agama yang menulis bait-bait syair pujian untuk Syaikh Ibnu Baz. Bait-bait syair tersebut dibacakan oleh Fahd Bakrani dari majalah Ad Dakwah di hadapan beliau.

Komentar beliau,

“Apakah engkau ingin memuatnya di majalah Ad Dakwah?”. “Jika engkau mengizinkannya wahai Syaikh”, kata Fahd. Syaikh Ibnu Baz mengatakan, ‘Jangan, jangan, jangan. Robek saja kertas itu. Robek saja!”.

Kemudian Syaikh Ibnu Baz memalingkan wajahnya ke arah lain, tidak lagi menghadap Fahd. Setelah itu beliau beristighfar dan berulang kali mengucapkan laa haula wa laa quwwata illa billah sambil roman wajah beliau berubah.

Pada tahun 1415H koran Al Madinah mengisi suplemen hari Rabu tentang Syaikh Ibnu Baz. Setelah materi suplemen sudah lengkap dan tinggal naik cetak Syaikh Ibnu Baz baru mengetahu hal tersebut. Begitu tahu beliau melarang munculnya suplemen tersebut. Permintaan beliau ini disampaikan berulang kali ke pihak surat kabar. Beliau sampaikan kepada pihak surat kabar bahwa seorang hamba itu membutuhkan keikhlasan dan menyembunyikan amal. Sehingga semoga Allah menerimanya. Pada akhirnya pihak surat kabar merespon positif permintaan beliau sehingga suplemen tersebut tidak jadi dicetak.

Beliau adalah seorang yang suka menyembunyikan berbagai amal shalih yang beliau lakukan namun Allah berketetapan untuk memunculkannya karena Dia mengetahui niat tulis yang beliau miliki dan kesungguhan beliau untuk berjihad di jalanNya. Hal ini bukanlah suatu hal yang aneh. Dalam hadits disebutkan,

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « إِذَا أَحَبَّ اللَّهُ الْعَبْدَ نَادَى جِبْرِيلَ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحْبِبْهُ . فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ ، فَيُنَادِى جِبْرِيلُ فِى أَهْلِ السَّمَاءِ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحِبُّوهُ . فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ ، ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِى الأَرْضِ » .

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda, “Jika Allah mencintai seseorang maka Allah memanggil Jibril dan berfirman, ‘Sungguh Allah mencintai fulan maka cintailah dirinya’. Jibril pun lantas mencintainya. Jibril kemudian berseru kepada para malaikat penghuni langit, ‘Sesungguhnya Allah mencintai fulan maka hendaknya kalian semua mencintainya’. Seluruh penduduk bumi pun lantas mencintainya. Setelah itu penduduk bumi juga mencintainya” (HR Bukhari no 5693 dan Muslim no 6873).

http://ustadzaris.com/membenci-pujian
2.
silahkan add fb teman2 saya: abuhaidar.riyanto@gmail.com , arios6home@gmail.com . Atik (sms/call: 085641095564), on Januari 17, 2010 at 3:34 pm said:

Antara Canda dan Tangis Syaikh Ibnu Baz

http://ustadzaris.com/antara-canda-dan-tangis-syaikh-ibnu-baz

Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdillah bin Baz pernah menjabat sebagai ketua Al Lajnah Ad Da’imah Lil Buhuts Al ‘Ilmiyyah wal Ifta’ (komisi fatwa di Saudi Arabia). Meski beliau adalah seorang ulama besar kelas internasional namun di antara sisi-sisi kehidupan beliau juga terdapat guyon dan canda. Seorang ulama tidak harus hanya menjalani hidup dengan keseriusan. Canda yang tepat dan proposional adalah bagaikan garam bagi kehidupan kita.

Jika ada seorang yang berkunjung ke rumah Syaikh Ibnu Baz maka beliau pasti menawari orang tersebut untuk turut makan malam bersama beliau. Jika orang tersebut beralasan, “Wahai Syaikh, saya tidak bisa” maka dengan nama berkelakar Ibnu Baz berkata, “Engkau takut dengan istrimu ya?! Marilah makan malam bersama kami”.

Ada salah seorang suami dari cucu Syaikh Ibnu Baz menemui beliau dan berkata, “Wahai Syaikh, kami ingin agar engkau mengunjungi dan makan di rumah kami”. Jawaban beliau, “Tidak masalah, jika engkau menikah untuk kedua kalinya maka kami akan datang ke acara walimah insya Allah”.

Setelah pulang, orang ini bercerita kepada istrinya tentang apa yang dikatakan oleh kakeknya. Kontan saja cucu perempuan dari Syaikh Ibnu Baz buru-buru menelpon kakeknya. “Wahai Syeikh, apa maksudnya?”. Ibnu Baz berkata kepada cucunya, “Kami hanya guyon dengan dia. Kami tidak mengharuskannya untuk nikah lagi. Kami akan berkunjung ke rumahmu meski tidak ada acara pernikahan”.

Ketika Syaikh Ibnu Baz hendak rekaman untuk acara Nurun ‘ala Darb (acara tanya jawab di radio Al Qur’an Al Karim di Saudi), biasanya beliau melepas kain sorbannya dan dengan nada canda beliau berkata, “Siapa yang mau memikul amanah?”. Jika ada salah seorang yang ada di tempat tersebut mengatakan, “Saya” maka beliau berkata, “Silahkan ambil”.

Suatu ketika, ketika Syaikh Ibnu Baz hendak rekaman untuk acara Nurun ‘ala Darbi ada seorang yang berada di tempat tersebut sedangkan Syaikh ingin agar dia keluar namun dengan cara baik-baik. Beliau berkata, “Wahai fulan, kami hendak rekaman untuk dua seri sekaligus dan aku kira hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama”. “Tidak apa-apa, insya Allah. Aku akan duduk dan mendapat banyak ilmu”, jawab orang tersebut. Ibnu Baz berkata, “Aku khawatir engkau akan batuk. Bukankah kau tahu bahwa dalam proses rekaman tidak boleh ada suara batuk ataupun suara lainnya”. Orang tersebut berkata, “Insya Allah, aku tidak akan batuk”. Syaikh berkata, “Tidak, batuk yang akan mendatangimu”. Akhirnya orang tersebut faham apa yang diinginkan oleh Syaikh Ibnu Baz. Orang tersebut lantas keluar meninggalkan ruangan rekaman.

Disamping bercanda, beliau juga terkadang menangis. Beberapa kali acara pengajian berhenti dan putus di tengah jalan dikarenakan beliau menangis.

Ketika Syeikh Ibnu Qasim membaca kitab Zaad al Ma’ad di hadapan beliau, ketika sampai pembahasan tuduhan dusta terhadap Aisyah, beliau menangis. Jadilah pengajian terputus di tengah jalan karena tangisan.

Ketika dibacakan di hadapan beliau kejadian wafatnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tepatnya ketika Abu Bakr berkata, “Siapa yang menyembah Muhammad maka sungguh Muhammad telah meninggal dunia” maka Syeikh Ibnu Baz menangis keras.

Demikian pula, beliau menangis ketika di sampaikan kepada beliau berbagai musibah yang menimpa kaum muslimin, meski ketika beliau sedang makan atau mengisi pengajian.

Inilah canda dan tangisan seorang ulama, menangis ketika sikon menuntut demikian. Sebaliknya, bercanda juga pada kondisi yang tepat.

Terkait dengan canda, Syeikh Ibnu Sa’di mengatakan,
“Canda itu bagaikan garam untuk makanan. Jika terlalu banyak tidak enak, terlalu sedikit juga tidak enak”.

Jangan pula bercanda dengan semua orang. Canda adalah bagian dari dakwah.
Dalam kitab Al Istiqomah, Ibnu Taimiyyah berkata,

“Nabi tidak pernah bercanda dengan para sahabat senior baik dari kalangan muhajirin ataupun anshar. Beliau hanya bercanda dengan wanita, orang miskin, anak-anak dan orang-orang lemah semisal budak yang memang memerlukan perhatian khusus”.

http://ustadzaris.com/antara-canda-dan-tangis-syaikh-ibnu-baz
3.
silahkan add fb teman2 saya: abuhaidar.riyanto@gmail.com , arios6home@gmail.com . Atik (sms/call: 085641095564), on Januari 17, 2010 at 3:34 pm said:

Kukatakan Kebenaran dan Aku Siap Bersabar

http://ustadzaris.com/kukatakan-kebenaran-dan-aku-siap-bersabar

Suatu ketika Syaikh Ibnu Baaz mengatakan,

“Alhamdulillah sejak aku mengenal kebenaran saat aku masih muda, aku mendakwahkannya dan bersabar ketika mendapatkan gangguan karenanya. Aku tidak pernah sungkan dan basa basi jika berkaitan dengan kebenaran. Kukatakan kebenaran dan aku siap bersabar untuk itu. Jika orang yang kuajak bicara menerima kebenaran maka alhamdulillah. Jika tidak mau menerima juga alhamdulillah. Inilah jalan hidup yang kucanangkan untuk diriku sendiri terserah orang lain apakah setuju ataukah tidak. Selama aku berbuat dengan dasar ilmu, selama apa yang kuyakini berdasarkan ilmu maka tetap akan kusampaikan kebenaran meski ada orang siapa pun dia yang menyelesihiku. Untuk mereka ijtihad mereka. Allah akan memberikan dua pahala untuk mujtahid yang benar dan satu pahala jika ijtihadnya salah”.

Inilah pernyataan beliau pribadi tentang dirinya. Renungkanlah perkataan beliau. Beliau komitmen dengan kebenaran dan kebenaran tidaklah diketahui kecuali dengan dalil dari al Qur’an dan sunnah. Inilah jalan yang dititi oleh Nabi kita.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya,

“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata” (QS Yusuf:108).

Soko guru dakwah adalah ilmu.

Kemudian cermatilah, beliau tidaklah menjatuhkan martabat orang yang menyelisihi beliau. Bahkan beliau berpandangan bahwa orang yang menyelisihi beliau berada dalam dua kemungkinan, mendapatkan dua pahala atau satu pahala baik benar ataupun salah.
Beliau tidak akan membicarakan orangnya, melecehkannya ataupun menjatuhkannya. Bahkan orang yang menyelisihi beliau, beliau doakan agar mendapat rahmat Allah dan beliau nilai sebagai seorang mujtahid bahkan meskipun orang tersebut membicarakan diri beliau.

Suatu hari beliau menyampaikan pengajian. Setelah pengajian ada orang yang mengatakan,

“Sesungguhnya Syeikh fulan mengatakan bahwa engkau adalah ahli bid’ah”.

Komentar Syeikh Ibnu Baz,

“Beliau mujtahid. Beliau mujtahid. Silahkan dilanjutkan dengan pertanyaan berikutnya”.

Demikian komentar beliau, tidak lebih dari itu.

http://ustadzaris.com/kukatakan-kebenaran-dan-aku-siap-bersabar
4.
silahkan add fb teman2 saya: abuhaidar.riyanto@gmail.com , arios6home@gmail.com . Atik (sms/call: 085641095564), on Januari 17, 2010 at 3:35 pm said:

Kedlaliman Dalam Penulisan Sejarah Islam

Kedlaliman Dalam Penulisan Sejarah Islam

Oleh Y. Herman Ibrahim

SAYA harus minta maaf kepada ilmuwan sejarah untuk mengatakan bahwa sejarah adalah ilmu yang paling tidak ilmiah. Argumen saya adalah bahwa sesuatu dikatakan ilmiah pertama-tama harus objektif. Kedua, proses dan hasilnya harus terukur secara kuantitatif ataupun kualitatif. Ketiga, kebenarannya dapat dibuktikan secara empiris atau paling tidak secara laboratoris. Sejarah menjadi tidak objektif karena sejarah ditulis oleh penguasa dan disebarluaskan lewat kekuasaannya itu. Ukuran kebenarannya paling-paling hanya pada “waktu terjadinya peristiwa” bukan pada substansi. Juga ada kesulitan dalam menguji kebenaran sejarah secara empiris maupun laboratoris karena metodologinya sarat kepentingan kekuasaan.

Dalam penulisan sejarah nasional yang paling dirugikan dan dizalimi adalah Islam. Nyaris semua produk sejarah Indonesia yang diajarkan kepada anak sekolah sejak SD sampai perguruan tinggi adalah sejarah yang anti dan menegasikan Islam. Para pemuda kita dibutakan atas sejarah masa lalu dari kebesaran Islam. Para ilmuwan sejarah pun bisu atau membisukan diri atas penulisan sejarah yang tidak berpihak kepada kebenaran. Determinasi kekuasaan sejak zaman penjajahan Belanda sampai pemerintahan sendiri sangat kuat, tetapi mereka paranoid terhadap Islam.

Tengok kisah kebohongan sejarah ihwal pertemuan Kartosoewiryo dengan Westerling di Gedung Pakuan Bandung. Kisah ini sangat keji karena sumber sejarahnya adalah pengadilan sandiwara atas kasus Schmidt dan Jungschlaeger. Hal ini ditulis ulang oleh Her Suganda di Pikiran Rakyat (5/2). Tentu saja Her Suganda mengambil dari sumber resmi yang dalam hal ini dibuat penguasa pada saat itu. Haris bin Suhaemi yang dijadikan saksi dan dikutip kesaksiannya dalam tulisan itu digambarkan sebagai orang yang dekat dengan Imam Negara Islam Indonesia (NII), S.M. Kartosoewiryo as syahid. Padahal, nama Haris bin Suhaemi tidak dikenal di kalangan pimpinan tinggi maupun menengah NII.

Di pengadilan dia membual pernah menyaksikan pertemuan antara S.M. Kartosoewiryo dan wali negara Pasundan R.A.A. Wiranatakusumah dan bekas kapten Westerling. Dia juga berkisah melihat kapal selam menurunkan perlengkapan perang, senjata, dan munisi, serta droping dari pesawat terbang asing untuk melengkapi mesin perang DI/TII. Anehnya, di tulisan Her Suganda dikatakan bahwa Kartosoewiryo gagal melaksanakan ambisinya karena lemahnya persenjataan dan kesulitan komunikasi. Menurut Her Suganda, Kartosoewiryo hanya bisa mengacau di daerah Sukaraja dan Cikalong, Tasikmalaya Selatan.

Kebohongan dan fitnah yang dilansir oleh saksi lain di pengadilan tersebut sangat memojokkan perjuangan Islam NII. Meskipun demikian, harus diakui bahwa NII memang mengalami fragmentasi yakni NII pro-Proklamasi 17 Agustus 1945 pimpinan H. Zainal Abidin dan Ajengan Patah, NII pro-Belanda yang dipimpin Sultan Hamid II yang bersekutu dengan Westerling, serta NII pimpinan S.M. Kartosoewiryo yang menajiskan berhubungan dengan kaum kafir. Dalam pernyataan bantahan yang dilansir oleh Komandemen Tertinggi Angkatan Perang NII No. IX/7/1955, dinyatakan bahwa usaha merangkaikan dan mencampuradukkan (samansmelten) perjuangan Islam NII dengan gerakan subversif yang dilakukan oleh Westerling dan sekelompok orang Indonesia adalah sangat absurd dan sama sekali tidak mengandung kebenaran sedikit pun. Bantahan ini tidak memperoleh tempat di media karena bias kekuasaan.

Rakyat Indonesia selalu dicekoki tuduhan seakan-akan gerakan Islam identik dengan pemberontakan. Kehadiran dan deklarasi NII sebenarnya tidak berada pada posisi ada negara di dalam negara karena Republik Indonesia berdasarkan Perjanjian Renville hanya berada di Yogyakarta dan sekitarnya. Lebih tepat dikatakan kehadiran NII adalah sebuah negara dengan negara yang sejajar jika disandingkan dengan RI. Lain halnya dengan negara Pasundan yang benar-benar merupakan produk Belanda. Orang-orang nasionalis bisa tidak sependapat dalam perkara ini, tetapi kebenaran sejarah tidak bisa ditutupi terus-menerus.

Menurut Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi, M.A., M.Phil., sejarah Islam perlu dipaparkan dengan jujur dan diinternalisasi terus-menerus untuk membangun semangat perjuangan dan peradaban. Orang Yahudi sangat berkepentingan memalsukan sejarah Islam karena mereka paham bahwa sejarah bisa menjadi sumber inspirasi yang tiada habisnya bagi kemajuan umat manusia. Dengan segala cara mereka melakukan manipulasi sejarah seakan-akan sumbangan Barat terhadap peradaban manusia lebih hebat daripada Islam. Banyak contoh, betapa sejarah Islam bukan saja ditutup-tutupi, tetapi dikisahkan dalam bentuk kekalahan dan ketertinggalan.

Pembodohan bisa direkayasa lewat sejarah. Lihat sejarah Islam Nusantara yang tidak pernah sungguh-sungguh menggambarkan kejayaan Samudera Pasai, Ternate, dan Tidore serta pengislaman Papua oleh Kerajaan Islam Bacan. Anehnya, yang selalu dibanggakan adalah kisah kejayaan Majapahit dan Sriwijaya yang konon bisa mempersatukan nusantara. Para ulama yang oleh pujangga Mataram Ronggowarsito pada abad XIX disebut Walisongo sebenarnya adalah penyebar dan penegak syariat Islam lewat kekuasaan yang dibangunnya dari mulai Giri, Demak, dan Cirebon. Di masa Mataram yang telah meramu Islam dengan sinkretisme, para ulama tersebut dimistifikasi sebagai tokoh-tokoh keramat dan digjaya tetapi pada saat yang sama direduksi menjadi para pengembang ajaran tasawuf.

Krisis sejarah berikutnya adalah pengaburan Kebangkitan Nasional yang dimanipulasi seakan-akan berawal dari berdirinya paguyuban Boedi Oetomo. Bandingkan dengan Syarikat Dagang Islam (SDI) yang didirikan 25 tahun lebih tua daripada Boedi Oetomo. Organisasi ini menjelma menjadi Syarikat Islam yang terbuka untuk seluruh rakyat Indonesia dari segala lapisan yang mayoritas beragama Islam. Faktanya, pendiri Syarikat Islam H.O.S. Cokroaminoto dan murid-muridnya adalah kaum pergerakan yang menjadi pejuang politik dan militer.

Hizbullah adalah laskar Islam yang menjadi inti peristiwa heroik 10 November di Surabaya. Di Jawa Tengah tatkala TNI di bawah pimpinan Soedirman mengalahkan sekutu sebenarnya terdiri atas elemen-elemen tentara Islam. Peristiwa yang dikenal Palagan Ambarawa 15 Desember 1945 dan dijadikan Hari Kartika Eka Paksi (hari TNI AD) itu sama sekali tidak mengisahkan keterlibatan laskar santri. Menjadi catatan penting bahwa pemberontakan PKI Madiun lebih banyak dihancurkan oleh Hizbullah, namun yang ditonjolkan dalam sejarah adalah prestasi Divisi Siliwangi.

Akhirnya di hari-hari kehidupan bangsa yang konon telah merdeka selama 63 tahun ini, umat Islam selalu terpinggirkan. Bangsa ini memilih pendidikan sekuler dan mengikuti strategi Yahudi yang memisahkan agama dengan politik. Mayoritas umat Islam terbawa arus pemikiran yang menolak nilai-nilai agama menjadi sumber hukum positif. Sekarang dengan kecanggihan media yang dikontrol asing, perlawanan Islam politik pada tingkat tertentu dikategorikan sebagai tindak terorisme. Hasbunallah wa nimal wakil. Amin. ***

Penulis, pengamat politik dan militer.
Sumber: Koran PR/Opini/18 Februari 2009

klik blog http://mentaripagipagi.blogspot.com/2010/01/kezaliman-dalam-penulisan-sejarah-islam.html

http://www.facebook.com/note.php?note_id=248412272895&id=100000619008107&ref=mf
5.
silahkan add fb teman2 saya: abuhaidar.riyanto@gmail.com , arios6home@gmail.com . Atik (sms/call: 085641095564), on Januari 17, 2010 at 3:36 pm said:

Begitu Sederhana, Hafalannya Luar Biasa – Syaikh Ibnu Baz

http://ustadzaris.com/begitu-sederhana-hafalannya-luar-biasa

Syaikh Ibnu Baz adalah seorang yang sangat tidak perhatian dengan dunia sebagaimana yang bisa kita ketahui dari keadaan beliau. Terlebih jika kita tahu bahwa beliau itu tidak memiliki rumah!!!.

Dr Zahrani pernah berupaya untuk meminta izin kepada beliau untuk membeli rumah yang biasa beliau tempati jika berada di Mekah karena rumah tersebut biasanya cuma disewa. Komentar beliau,

“Palingkan pandanganmu dari topik ini. Sibukkan dirimu untuk mengurusi kepentingan kaum muslimin”.

Suatu ketika Raja Faishal berkunjung ke kota Madinah dan Syeikh Ibnu Baz ketika itu adalah rektor Universitas Islam Madinah. Ketika itu raja Faishal berkunjung ke rumah Syeikh Ibnu Baz. Saat itu raja Faishal berkata kepada beliau,

“Kami akan bangunkan rumah yang layak untukmu”.

Menanggapi hal tersebut, beliau hanya diam dan tidak berkomentar. Akhirnya rumah pun dibangun. Ketika panitia pembangunan mau membuat surat kepemilikan rumah atas nama Syeikh Ibnu Baz beliau berkata,

“Jangan. Buatlah surat kepemilikan rumah tersebut atas nama rektor Universitas Islam Madinah sehingga jika ada rektor baru penggantiku maka inilah rumah kediamannya”.

Syeikh Ibnu Baz itu memiliki daya ingat yang luar biasa. Jika kita bertemu dan mengucapkan salam kepada beliau dan kita pernah mengucapkan salam kepada beliau beberapa tahun sebelumnya maka beliau pasti masih mengenal kita.

Bahkan ada orang yang bercerita bahwa dia bertemu dan mengucapkan salam kepada Syeikh Ibnu Baz setelah lima belas tahun ternyata Syeikh Ibnu Baz masih ingat dengan namanya.

Akan tetapi yang lebih mengherankan adalah kemampuan beliau untuk menghafal jilid dan halaman buku. Bahkan beliau bisa mengoreksi beberapa buku dengan bermodalkan hafalan beliau.

Syeikh Syinqithi, penulis Adhwa-ul Bayan, itu tergolong guru Syeikh Ibnu Baz. Beliau adalah seorang pakar dalam ilmu syar’i dengan kekuatan hafalan yang tidak tertandingi. Syeih Ibnu Baz sering menghadiri ceramah-ceramah yang disampaikan oleh Syiekh Syinqithi. Beliau kagum dengan cepatnya Syeikh Syinqithi dalam penyampaiannya. Dalam salah satu kaset Syeikh Ibnu Baz mengungkapkan kekagumannya dengan mengatakan, “Maa syaallah. Maa syaallah”.

Satu hari Syeikh Syinqithi sejak usai shalat Shubuh sampai watu dhuha mencari-cari sebuah hadits yang dinyatakan oleh Ibnu Katsir ada dalam sunan Abu Daud. Beliau bolak-balik kitab sunan Abu Daud namun beliau tidak kunjung mendapatkannya. Syeikh Syinqithi berkata,

“Aku tidak menyalahkan Ibnu Katsir namun aku belum mendapatkannya. Ketika aku sedang asyik mencari tiba-tiba ada orang yang mengetuk pintu. Aku lantas berdiri dan membuka pintu”.

Ternyata Syeikh Ibnu Baz yang datang bertamu. Ketika Ibnu Baz masih di depan pintu dan belum masuk ke dalam rumah, Syeikh Syinqithi berkata,

“Ya Syekh Abdul Aziz, Ibnu Katsir menyebutkan bahwa hadits yang bunyinya demikian dan demikian itu ada di Sunan Abu Daud. Sejak usai shalat Shubuh kucari-cari hadits tersebut namun tidak kudapatkan. Di manakah hadits tersebut?”.

Syeikh Ibnu Baz berkata,

“Ada…ada di kitab ini halaman sekian”.

Syeikh Syinqithi,

“Sekarang silahkan masuk ya Syeikh”.

Syeikh Ibnu Baz memiliki daya ingat yang luar biasa. Ini disebabkan tentunya karunia Allah kemudian beliau adalah seorang yang tidak pernah lepas dari berdzikir. Lisan beliau selalu basah untuk berdzikir mengingat Allah. Beliau senantiasa berdzikir. Ini adalah sebuah realita yang bisa disaksikan oleh orang yang bertemu dengan beliau meski sejenak.

Syeih Ibnu Baz mulai mengisi kajian dan menyebaran ilmu sejak belia. Dalam sebuah wawancara yang dilakukan oleh sebuah majalah yang bernama al Majallah dengan Ibnu Baz terdapat dialog sebagai berikut.

Al Majallah, “Sungguh engkau adalah seorang hakim akan tetapi engkau mendapatkan popularitas yang luas berbagai dengan para hakim yang lain. Apa rahasianya?”
Jawaban beliau,

“Kami bertugas sebagai hakim. Setelah jam kerja berakhir kami mengisi berbagai kajian. Kami adakan berbagai kajian keislaman dan kami terus mengajar dan mengisi pengajian sehingga Allah jadian kami manusia yang bermanfaat bagi banyak orang”.

Beliau memang memiliki pandangan khas tentang tugas seorang hakim peradilan syariah. Beliau berpandangan bahwa seorang hakim tidak cukup dengan menjalankan tugasnya di pengadilan. Beliau mencela para hakim yang bersikap semacam itu.

Beliau pernah mengatakan,

“Jika seorang hakim hanya mencukupkan diri memutuskan sengketa tentang onta, keledai, sapi dan kambing atau semisalnya maka tidak ada kebaikan pada dirinya. Bahkan tugas hakim yang paling penting adalah amar makruf nahi munkar, berdakwah, memperbaiki lingkungan sekitarnya, mewujudkan kemaslahatan kaum muslimin dan menghubungkan orang-orang yang memerlukan untuk dihubungkan”.

Ketika Ibnu Baz menjadi hakim di daerah Dalm, beliau memiliki kursi terbuat dari tanah di tengah-tengah pasar. Di situlah beliau memutuskan berbagai sengketa yang terjadi di antara kaum muslimin.

http://ustadzaris.com/begitu-sederhana-hafalannya-luar-biasa
6.
silahkan add fb teman2 saya: abuhaidar.riyanto@gmail.com , arios6home@gmail.com . Atik (sms/call: 085641095564), on Januari 17, 2010 at 3:36 pm said:

Dapat Hidayah Lewat Majalah – Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani

http://ustadzaris.com/dapat-hidayah-lewat-majalah

Syaikh Muhammad Nashiruddin al Albani pernah menceritakan awal mula beliau mendapat hidayah untuk menekuni sunnah dan mempelajarinya yang hal ini terjadi pada saat beliau kurang lebih berusia dua puluh tahun.
Beliau berkata, “Suatu hari aku melihat salah satu edisi majalah al Manar di antara sejumlah buku yang terpampang di salah satu toko buku. Akhirnya majalah tersebut aku buka-buka. Di majalah tersebut aku jumpai suatu artikel yang ditulis oleh Sayid Rasyid Ridha yang berisi deskripsi buku Ihya Ulumuddin karya al Ghazali. Dalam artikel tersebut penulis menyebutkan sisi-sisi positif dan negatif yang dimiliki oleh buku tersebut. Itulah pertama kalinya aku membaca suatu tulisan yang memuat kritikan ilmiah. Artikel tersebut mendorongku untuk membaca semua artikel yang ada di edisi tersebut.
Kemudian aku berusaha untuk mengikuti topik takhrij (telusur hadits) al Hafizh al Iraqi untuk kitab Ihya Ulumuddin. Aku ingat ketika itu aku berusaha untuk menyewa edisi majalah tersebut karena aku tidak punya uang untuk membelinya. Aku demikian tertarik dengan takhrij hadits yang demikian jeli itu sehingga aku bertekad bulat untuk menyalinnya”.
Pada akhirnya, Syeikh al Albani menyalin kitab tersebut yaitu takhrij ihya karya al Iraqi yang judul lengkapnya adalah al Mughni ‘an Hamli al Asfar fi al Asfar fi Takhrij maa fi al Ihya min al Akhbar. Beliau salin buku tersebut dengan tulisan beliau yang bagus dan teliti. Beliau susun bagian-bagian buku tersebut dengan sangat bagus. Inilah aktivitas beliau yang pertama terkait dengan hadits. Salinan takhrij Ihya ini masih ada di perpustakaan pribadi beliau hingga saat ini.
Mulai dari sinilah Syeikh al Albani memiliki hubungan yang erat dengan majalah al Manar dan artikel-artikel seputar hadits yang ada di dalamnya. Beliau sangat tertarik dengan artikel-artikel tersebut yang akhirnya mendorong beliau untuk tertarik dengan ilmu hadits, cinta dengan buku-buku hadits dan sangat perhatian untuk mempelajari dan mengkaji buku-buku hadits dengan penuh semangat.
Beliaupun berhasil menguasai ilmu hadits dengan sebab anugrah yang Allah berikan berupa pikiran yang tokcer, kecerdasan yang jarang dijumpai dan ketekunan yang luar biasa.
Jika beliau sudah mendapatkan uang yang memadai kebutuhan pokok beliau dari pekerjaan yang beliau tekuni yaitu reparasi jam, beliau berhenti bekerja lalu menyibukkan diri dengan ilmu. Kedai reparasi jam beliau pun berubah menjadi tempat pertemuan para penuntut ilmu.
Subhanallah, bagaimana mungkin ilmu hadits bisa menguasai hati dan pikiran pemuda ini padahal dia tumbuh besar di lingkungan yang semarak dengan ilmu dan ketaatan dalam beragama namun demikian fanatik dengan mazhab fiqh tertentu. Bahkan ayahnya sendiri ketika melihat ketekunan beliau mempelajari ilmu hadits berkomentar, “Hai Muhammad, ilmu hadits adalah kesibukan orang-orang yang bangkrut”.
Ketika ahli sejarah dan pakar hadits dari negeri Halb, Suria yaitu Syeikh Muhammad Raghib al Thabakh melihat betapa menonjolnya pemuda Muhammad Nashiruddin al Albani dan ketekunannya untuk mempelajari ilmu hadits beliau memberikan kepada pemuda Muhammad Nashiruddin al Albani ijazah untuk semua kitab hadits yang beliau miliki ijazahnya. Daftar buku-buku hadits yang beliau ijazahkan disebutkan dalam buku tipis yang ditulis oleh beliau sendiri yaitu Muhammad Raghib al Thabakh yang berjudul al Anwar al Jaliyyah fi Mukhtashar al Atsbat al Halabiyyah.

Yang dimaksud ijazah dalam hal ini adalah izin seorang guru kepada muridnya untuk mengajarkan buku yang pernah dipelajari oleh sang guru dari guru dan demikian seterusnya sampai kepada penulis buku tersebut.

Bukanlah rahasia lagi bahwa Syeikh al Albani sering berkata tentang ijazah yang pernah beliau dapatkan ini, “Ijazah tersebut sedikitpun tidaklah menarik perhatianku. Ijazah tersebut hanya aku gunakan untuk membantah orang-orang yang dengki” (Lihat Muhaddits al ‘Ashr karya Sumair bin Amin az Zuhair hal 13-14, terbitan Dar al Mughni).

http://ustadzaris.com/dapat-hidayah-lewat-majalah
7.
silahkan add fb teman2 saya: abuhaidar.riyanto@gmail.com , arios6home@gmail.com . Atik (sms/call: 085641095564), on Januari 17, 2010 at 3:37 pm said:

Ulama pun Bisa Bercanda

http://ustadzaris.com/ulama-pun-bisa-bercanda

Dua tahun sebelum Syaikh Ibnu Utsaimin meninggal Syaikh Salim bin Sa’ad ath Thawil, salah seorang murid Syeikh Ibnu Utsaimin mengatakan, “Seiring dengan memuji Allah, aku memiliki hubungan yang istimewa dan terus-menerus dengan Syeikh Ibnu Utsaimin. Hubungan ini terus terjalin kurang lebih selama delapan tahun. Setelah aku kembali ke Kuwait dan lulus dari Universitas Ibnu Suud pada tahun 1407 atau 1987 hubunganku dengan beliau tidak pernah putus baik berupa kunjungan, komunikasi via telepon ataupun korespondensi.
Aku kembali menemui beliau pada tahun 1410 atau 1990 yaitu saat invasi Iraq ke Kuwait. Begitu melihatku, beliau menyambutku dengan sambutan yang luar biasa. Beliau bertanya kepadaku tentang keadaan Kuwait dan penduduknya. Beliau pun berdoa agar Allah menjaga orang tuaku dan keluargaku secara khusus serta penduduk Kuwait secara umun agar terjaga dari cobaan yang demikian besar tersebut.
Setelah itu beliau mengundangku secara khusus untuk makan siang di rumah beliau. Kupenuhi undangan beliau. Yang menemaniku saat itu adalah Syeikh ‘Utsman bin Muhammad al Khumais. Aku memintakan izin kepada beliau agar Syeikh Utsman diperkenankan untuk ikut datang. Beliaupun mengizinkannya. Pertemuan ini kunilai dalam hidupku sebagai pertemuan yang sangat istimewa. Setiap kali, Aku mengingatnya aku banyak-banyak mengucapkan alhamdulillah.
Setelah beberapa tahun, beliau masih saja mengajar. Beliau juga memiliki dauroh ilmiah (semacam training, pent) selama liburan musim panas. Kutulis beberapa memo khusus yang ditujukan kepada beliau untuk beberapa orang yang hendak mengikuti dauroh tersebut agar beliau bisa memberikan tempat tinggal di asrama para peserta dauroh selama kajian liburan musim panas kepada orang yang membawa memo tersebut.
Di antara orang yang kukirim agar belajar langsung kepada beliau adalah Muhammad Khalil. Dia adalah seorang penuntut ilmu dari Nigeria. Sebelumnya dia belajar agama di Kuwait. Dia adalah seorang yang lembut, suka tersenyum dan bercanda. Syeikh Ibnu Utsaimin pun terkadang bercanda dengannya.
Dia sendiri pernah bercerita kepadaku bahwa Syeikh Ibnu Utsaimin suatu hari pada saat kajian pernah bertanya kepadanya, “Wahai Muhammad Khalil apakah dulu ketika di Kuwait engkau sudah pernah belajar (baca:ngaji) dengan Syeikh (baca:ulama) di sana?”. Muhammad Khalil menjawab, “Ya, sudah pernah. Aku ngaji dengan Syeikh Salim bin Saad ath Thawil”. Seketika Syeikh berkata, “Jika demikian, engkau adalah cucuku!!”. Sambil guyon, Muhammad Khalil mengatakan, “Jika syeikh apakah engkau pernah menikah dengan seorang perempuan Nigeria?!”. Kontan, syeikh tertawa.
Ketika Muhammad Khalil menyampaikan hal tersebut kepadaku maka aku sangat bahagia karena berarti beliau menganggapku sebagai anaknya.
Demi Allah, sungguh beliau itu lebih dari pada seorang ayah. Jika seorang ayah mengajari anaknya bagaimana cara makan, minum, istinja’, dan berbicara maka beliau mengajari anak didiknya tauhid, ibadah, akhlak, perilaku luhur, adab, berbuat baik kepada orang lain dan menjaga hubungan kekerabatan. Sampai-sampai sebagian ulama mengatakan,

إن فضل الشيخ على الطالب أكبر من فضل الأب على ابنه!!

“Sesungguhnya jasa seorang guru kepada muridnya itu lebih besar dibandingkan jasa seorang ayah kepada anaknya” (Koran al Wathon Kuwait, Senin 17 Maret 2008 melalui http://www.al-sunna.net/articles/file.php?id=1163 )

http://ustadzaris.com/ulama-pun-bisa-bercanda
8.
silahkan add fb teman2 saya: abuhaidar.riyanto@gmail.com , arios6home@gmail.com . Atik (sms/call: 085641095564), on Januari 17, 2010 at 3:38 pm said:

Pakar Hadits dan Rektor yang Enggan Menaiki Mobil Dinas – Abdul Muhsin bin Hamd al Abbad al Badr

http://ustadzaris.com/pakar-hadits-dan-rektor-yang-enggan-menaiki-mobil-dinas

Beliau adalah seorang pakar hadits dan fiqh, seorang yang zuhud dengan dunia dan wara’, seorang ulama peniti jejak salaf shalih Abdul Muhsin bin Hamd al Abbad al Badr.
Beliau lahir di Zulfa pada bulan Ramadhan tahun 1353 H. Beliau belajar dan menyelesaikan jenjang sekolah dasar di Zulfa pada tahun 1371. Kemudian beliau berpindah ke kota Riyadh dan masuk di Ma’had Riyadh al Ilmi. Pada tahun ini pula Syeikh Ibnu Baz tiba di kota Riyadh dari daerah Kharaj dan ini adalah tahun pertama beliau belajar di ma’had ini. Setelah itu Syeikh Abdul Muhsin mengambil S1 di fakutas syariah Universitas Ibnu Suud di Riyadh. Di samping belajar di bangku kuliah beliau juga belajar di masjid bersama para ulama besar semisal Syeikh Muhammad bin Ibrahim, Ibnu Baz, Muhammad al Amin al Syinqithi, Abdurrahman al Ifriqi dan Abdurrazaq Afifi.
Beliau kemudian diangkat sebagai pengajar di al Ma’had al Ilmi di Buraidah pada tahun 1379 H kemudian sebagai pengajar di al Ma’had al Ilmi di kota Riyadh pada tahun 1380. Setelah itu diangkat sebagai dosen di Jami’ah Islamiah Madinah pada tahun berdirinya universitas ini yaitu tahun 1381 H. Beliaulah orang yang pertama kali menyampaikan kuliah di universitas ini.
Beliau belajar hadits dan mushtholah hadits kepada Syeikh Abdurrahman al Ifriqi di Riyadh pada tahun 1372. Komentar beliau tentang Syeikh Abdurrahman, “Beliau adalah seorang pengajar yang tulus, seorang yang benar-benar berilmu, sering memberi pengarahan dan bimbingan serta seorang yang bisa dijadikan teladan dalam kebaikan”. Beliau memiliki hubungan yang erat dengan Syeikh Ibnu Baz. Beliau pertama kali bertemu dengan Ibnu Baz pada tahun 1372 H.
Secara formal beliau belajar pada Ibnu Baz di tahun keempat di fakultas syariah Universitas Ibnu Suud. Beliau sering berhubungan dengan Syeikh Ibnu Baz di sela-sela pelajaran, di masjid dan datang ke rumah Ibnu Baz.
Beliau mulai memberikan kuliah di Jamiah Islamiah di Madinah pada tahun 1381. Beliau bersahabat dengan gurunya Ibnu Baz selama 15 tahun karena Syeikh Ibnu Baz di samping mengajar di Jamiah dan masjid Nabawi adalah anggota Majlis Jamiah Islamiah sejak didirikan hingga tahun 1393 H.
Syeikh Abdul Muhsin pernah diangkat sebagai pembantu rektor pada saat rektornya adalah Syeikh Ibnu Baz. Itu terjadi atas usulan Syeikh Ibnu Baz dan persetujuan Malik Faishal. Syeikh Abdul Muhsin mengatakan, “Aku datang ke rumah Syeikh Ibnu Baz sebelum pergi ke kampus. Aku duduk sebentar bersama beliau. Bersama beliau terdapat Syeikh Ibrahim Hushayyin. Syeikh Ibrahim membaca kitab tentang muamalah sejak shalat shubuh hingga matahari meninggi”.
Suatu ketika Syeikh Ibnu Baz berkata kepadaku, “Semalam aku bermimpi menuntun seekor anak onta sedangkan engkau menggiringnya”. Beliau kemudian mengatakan, “Aku tafsirkan mimpi tersebut dengan Universitas Islam Madinah”.
Syeikh Abdul Muhsin berkata, “Sungguh benar apa yang beliau katakan. Aku jadi pembantu rektor bersama beliau selama dua tahun. Setelah itu aku menjadi rektornya selama empat tahun”.
Beliau memiliki seorang anak yang shalih yaitu Syeikh Abdurrazzaq bin Abdul Muhsin al Abbad al Badr. Beliau adalah seorang professor di Universitas Islam Madinah.
Ada seorang alumnus Universitas Islam Madinah menuturkan dua cerita yang menunjukkan sifat wara’ yang dimiliki oleh Syeikh Abdul Muhsin. Kisah ini mengingatkan kita dengan sifat wara para salaf.
Kata sopir yang bertugas antar jemput Syeikh Abdul Muhsin dari kampus ke rumah dan sebaliknya mengatakan bahwa Syeikh Abdul Muhsin tidaklah mau menghentikan mobil dinas universitas di tengah jalan dalam rangka membeli sesuatu untuk keperluan rumah. Subhanallah.
Masih kata sopir tadi, “Ketika masa jabatan beliau sebagai rektor Universitas Islam Madinah berakhir. Aku melihat Syeikh Abdul Muhsin berdiri menunggu sesuatu. Akupun lantas menghampirinya dengan menggunakan mobil untuk mengantar beliau ke rumah sebagaimana biasanya. Ternyata beliau enggan untuk naik. Beliau mengatakan, ‘Tidakkah engkau tahu bahwa masa jabatanku telah berakhir. Aku telah menyuruh seseorang agar memberi tahu kepada anakku agar menjemputku”.
Allahu Akbar. Demi Allah, inilah gambaran wara’ di masa salaf.

http://ustadzaris.com/pakar-hadits-dan-rektor-yang-enggan-menaiki-mobil-dinas
9.
silahkan add fb teman2 saya: abuhaidar.riyanto@gmail.com , arios6home@gmail.com . Atik (sms/call: 085641095564), on Januari 17, 2010 at 3:39 pm said:

Mungkinkah Sarjana Umum Menjadi Ulama? – Muhammad bin Ahmad bin Ismail bin Musthofa al Muqaddam

http://ustadzaris.com/mungkinkah-sarjana-umum-menjadi-ulama

Mungkinkah seorang sarjana ilmu umum bisa menjadi ulama?

Ada yang beranggapan itu suatu yang mustahil karena orang tersebut terhitung ‘agak telat’ untuk mendalami dan mengkaji ilmu-ilmu Islam yang demikian luas. Namun survai membuktikan tidak benarnya asumsi semacam ini. Pada zaman ini tidak sedikit kita jumpai para ulama ahli sunnah yang memiliki latar belakang ilmu umum. Di antaranya adalah Muhammad bin Ahmad bin Ismail bin Musthofa al Muqaddam.

Beliau adalah salah seorang ulama ahli sunnah di Mesir. Beliau lahir di kota Iskandariah, Mesir pada awal bulan Dzulqa’dah tahun 1371 H atau 26 Juli 1952.

Beliau adalah seorang pemegang ijazah S1 di bidang kedokteran dan bedah dari fakultas kedokteran Universitas Iskandariah, diploma kesehatan kejiwaan (baca: psikologi) dari Ma’had ‘Ali li al Shihah al ‘Ammah, Universitas Iskandariah. Di samping itu beliau juga menyandang gelar Lc di bidang hukum Islam dari Universitas al Azhar. Beliau juga salah seorang anggota Jum’iyyah Al ‘Alamiyyah al Islamiyyah li al Shihhah al Nafsiyyah (Organisasi Dunia Islam untuk Kesehatan Jiwa).

Beliau bergabung dengan Jamaah Anshor al Sunnah (sebuah organisasi ahli sunnah yang berpusat di Mesir) di kota Iskandariyyah sejak tahun 1965. Beliau mulai menjadi penyebar dakwah ahli sunnah salafiyyah sejak tahun 1972. Pada tahun 1977 di kota Iskandariah beliau mendirikan sekolah al Salafiyyah. Beliau memberikan kajian ilmiah di berbagai propinsi di Mesir di samping beberapa negara Arab, Eropa dan USA.

Di antara guru beliau dari kalangan ulama Jamaah Anshor Sunnah adalah Syeikh Muhammad Sahnun, Syahin Kasyif Abu Ras dan Abdul Aziz bin Rasyid al Najdi. Sedangkan guru-guru beliau ketika belajar di Azhar di antaranya adalah Syeikh Ismail Hamdi, Mahmud Ied, Shubhi al Khasysyab dll.

Di antara ulama yang beliau mendapatkan kehormatan sehingga bisa bertemu atau duduk di majelis kajiannya adalah Syeikh Abdur Razaq Afifi, Abdullah bin Humaid, Ibnu Baz, Muhammad Nasiruddin al Albani, Hammad bin Muhammad al Anshari, Abdullah bin Quud, Ibnu Utsaimin, Abdullah bin Muhammad al Ghunaiman, Abdullah bin Jibrin, Abu Bakr al Jazairi, Rabi bin Hadi al Madkhali, Muqbil bin Hadi al Wadii, Sayyid Sabiq, Dr Mushthofa Hilmi, Muhammad Rasyad Salim dan Rasyad Ghanim.

Di antara buku-buku karya beliau adalah Tamamul Minnah bil Radd ‘ala A’dais Sunnah (nikmat yang sempurna sebagai bantahan bagi para musuh sunnah Nabi), Adillah Tahrim Halqi al Lihyah (dalil-dalil tentang haramnya memangkas habis jenggot), Adillah Tahrim Mushafahat al Ajnabiyyah (dalil-dalil tentang haramnya berjabat tangan dengan perempuan yang bukan mahrom), ‘Uluww Himmah (Obsesi yang tinggi), Bid’ah Taqsim ad Din ila Qasyrin wa Lubbin (bid’ahnya pembagian agama menjadi kulit dan isi/substansi agama), Khid’ah Harmajidun (tipuan perang Armagedon) dan seri Audatul Hijah (kembalinya hijab) yang terdiri dari tiga jilid, jilid pertama berjudul Ma’rakah al Hijab wa al Sufur (Konflik antara bercadar atau tidak), jilid kedua berjudul al Mar’ah baina Takrim al Islam wa Ihanah al Jahiliyyah (perempuan antara pemuliaan Islam dan penghinaan jahiliyyah) dan jilid ketiga berjudul Adillah al Hijab (dalil-dalil wajibnya cadar).

Beliau juga memiliki kurang lebih 1500 kaset rekaman kajian-kajian rutin beliau di beberapa masjid di kota Iskandariah.

Di antara kajian beliau adalah tentang tafsir al Qur’an. Di forum ini beliau mengkaji dua kitab tafsir yaitu Mahasin al Ta’wil karya al Qasimi dan Adwa-ul Bayan karya Syinqithi, fiqh dengan mengkaji kitab Manar al Sabil (sebuah buku fiqh mazhab Hambali), kajian akidah dengan membahas seri al Aqidah fi Dhou’ al Qur’an wa al Sunnah karya Dr Umar al Asyqar.

http://ustadzaris.com/mungkinkah-sarjana-umum-menjadi-ulama
10.
silahkan add fb teman2 saya: abuhaidar.riyanto@gmail.com , arios6home@gmail.com . Atik (sms/call: 085641095564), on Januari 17, 2010 at 3:39 pm said:

Orang Teknik Mesin yang Jadi Ulama – Mushthofa al Adawi

http://ustadzaris.com/orang-teknik-mesin-yang-jadi-ulama

Di antara dai ahli sunnah dan ulama yang cukup terkenal dari Mesir adalah Mushthofa al Adawi. Beliau lahir di sebuah kampung bernama Maniah Samnud. Sebuah kampung di provinsi al Daqhaliah pada tahun 1945. Beliau pernah mengenyam pendidikan di fakultas teknik tepatnya jurusan teknik mesin di tahun 1977.

Beliau adalah di antara orang yang sangat perhatian dengan al Qur’an oleh karenanya tiga puluh juz dari al Qur’an sudah ada di luar kepala beliau.
Sebagaimana kebiasaan para ulama terdahulu, beliau pernah melakukan rihlah ilmiah (perjalanan dalam rangka menuntut ilmu). Beliau tinggalkan kampung halaman tercinta menuju Yaman tepatnya untuk belajar dengan Syeikh Muqbil bin Hadi al Wadi’i. Selama kurang lebih rentang waktu empat tahun terhitung dari 1400H sampai 1404 H beliau hadiri berbagai pelajaran ilmiah yang disampaikan oleh Syeikh Muqbil. Selama jangka waktu yang sebenarnya tidak begitu lama ini beliau merasa mendapat ilmu yang demikian banyak.

Sekembali dari Yaman beliau membuat sebuah mushalla kecil sebagai tempat beliau mengajarkan ilmu yang telah beliau peroleh selama ini karena ilmu yang manfaat adalah ilmu yang diajarkan kepada orang lain, bukan hanya sekedar disimpan untuk diri sendiri. Di mushalla ini beliau mulai mengajarkan Shahih Bukhari, Muslim, tafsir al Qur’an dan Fiqh.

Ketika mulai banyak penuntut ilmu yang ingin belajar ilmu-ilmu agama kepada beliau baik dari Mesir ataupun di luar Mesir, beliau mulai membangun sebuah masjid besar dan perpustakaan yang besar pula.

Di samping mengajar di masjid sendiri, beliau juga memiliki berbagai kajian rutin setiap pekannya di berbagai provinsi di Mesir.

Di samping aktivitas mengajar, beliau juga mengeluti bidang tulis menulis. Beliau cukup aktif menulis di bidang fikih, hadits, musthalah hadits dan tafsir. Beliau punya obsesi besar untuk menulis tafsir al Qur’an dalam bentuk tanya jawab. Program ini beliau namai at Tashil li Ta’wil at Tanzil (cara mudah belajar tafsir al Qur’an). Di antara buku yang sudah beredar di pasaran adalah tafsir untuk surat al Baqarah, Ali Imran, an Nisa’, an Nur, al Hujurat, al Qashash, Yusuf, juz amma dan juz 29.

Dalam bidang fiqh, beliau menulis kitab al Jami’ li Ahkam al Nisa’ (Buku Lengkap Tentang Hukum-Hukum Seputar Wanita). Buku ini terdiri dari lima jilid dengan rincian empat jilid berisi uraian sedangkan jilid kelima berisi Tanya jawab praktis tentang kandungan empat jilid sebelumnya.

Di samping itu, beliau juga menulis buku fiqh yang bersifat umum. Judul buku tersebut adalah al Jami’ al ‘Amm fi al Fiqh wa al Ahkam (buku lengkap tentang fiqh dan hukum).

Karya-karya beliau yang lain diantaranya adalah al Shahih al Musnad min Ahadits al fitan wa al Malahin wa Ayrath al Sa’ah (buku kumpulan hadits-hadits shahih mengenai huru hara akhir zaman), al Shahih al Musnad min Adzkar al yaum wa al Lailah (buku kumpulan hadits shahih mengenai dzikir-dzikir harian), al Shahih al Musnad min fadhail al Shahabah (buku kumpulan hadits shahih mengenai keistimewaan para shahabat Nabi) dan al Shahih al Musnad min al Ahadits al Qudsiah (buku kumpulan hadits-hadits qudsi yang shahih).

Senantiasa beliau bersungguh-sungguh dalam berdakwah, menebarkan ilmu dan produktif menulis buku. Moga Allah melimpahkan keberkahan untuk ilmu dan amal beliau.

http://ustadzaris.com/orang-teknik-mesin-yang-jadi-ulama
11.
silahkan add fb teman2 saya: abuhaidar.riyanto@gmail.com , arios6home@gmail.com . Atik (sms/call: 085641095564), on Januari 17, 2010 at 3:40 pm said:

Sarjana Komputer yang Jadi Ulama Hadits (biografi ‘Amr bin Abdul Mun’im bin Abdul ‘Aal Al Salim)

dicopy dari: http://ustadzaris.com/sarjana-komputer-yang-jadi-ulama-hadits

Beliau adalah ‘Amr bin Abdul Mun’im bin Abdul ‘Aal Al Salim. Beliau lahir di Mesir pada tanggal 24 Februari 1967. Kemudian beliau dibawa oleh ayahnya ke Kuwait pada tahun 1974. Hal itu disebabkan ayahnya bekerja sebagai guru olah raga di departemen pendidikan Kuwait. Semua jenjang pendidikan formal beliau selesaikan di Kuwait. Bahkan beliau lulus dari Universitas Kuwait di bidang ilmu komputer pada tahun 1988. setelah itu beliau bekerja di depatemen listrik dan air di Kuwait.

Ketika beliau turut menangani proyek program kutub tis’ah (sembilan buku induk hadits) untuk komputer di syarikah ‘alamiah beliau berkenalan dengan Syeikh Abdullah al Judai’. Masa-masa ini merupakan masa yang sangat bernilai bagi Syeikh Amru. Ketika itu banyak mengambil manfaat dari ilmu Syeikh al Judai’. Syeikh Amru tidak belajar buku tertentu dalam bidang hadits kepada Syeikh al Judai’. Beliau hanya belajar secara praktis ketika bekerja bersama Syeikh al Judai di Syarikah ‘Alamiah.

Syeikh Amru menikah di Kuwait dan setelah anak pertama beliau lahir terjadilah invasi Iraq terhadap Kuwait. Kondisi ini memaksa beliau untuk kembali ke negeri aslinya yaitu Mesir pada tahun 1990. Di Mesir beliau menyelesaikan proyeknya di Syarikah Alamiah. Syarikah memindahkan proyeknya ke Mesir.

Syeikh Amru bekerja di proyek ini selama enam bulan. Setelah itu beliau menekuni dunia tulis menulis dengan menulis berbagai buku dan risalah/buku tipis. Syeikh Amru memiliki empat orang anak yaitu Abdur Rahman, Abdullah, Abdus Salam dan Abdul Aziz.

Sejak tahun 1998 beliau memiliki penerbitan sendiri yaitu Dar al Dhiya’. Penerbit inilah yang menerbitkan semua buah karya beliau dan beliau sendiri yang mengawasi penerbitannya.

Buku-buku beliau lebih cenderung membahas fiqh, ilmu mushtholah hadits dan takhrij hadits (telusur hadits) dengan diiringi penjelasan tentang derajat hadits yang dikaji apakah lemah atau shahih. Karya-karya beliau beragam ada yang tebal, ada pula yang tipis. Buku-buku beliau memuat manfaat besar yang tidak bisa diingkari.

Berikut ini diantara karya-karya beliau:
(1) Taisir ‘Ulum al Hadits lil Mubtadiin (Cara Mudah Belajar Ilmu Hadist untuk Pemula)
(2) al Jam’u baina al Muqizhah wa al Iqtirah fi Mushtholah al Hadits wa Ulumihi
(3) al Adab al Syar’iyyah linnisa’ fi Ziarah al Maqabir (Adab Seorang Wanita ketika Ziarah Kubur)
(4) Hadmu al Manarah liman Shahhaha Ahadits al Tawasul wa al Ziarah (Bantahan untuk orang yang menshahihkan hadits-hadits tentang tawasul dan ziarah kubur)
(5) al Jami’ fi Ahkam al Thalaq wa Fiqhihi min Adillatihi (Buku Lengkap tentang hukum-hukum perceraian berdasarkan dalil)
(6) Qoidah Muhimmah fi Fahmi Kalam al Aimah (Kaedah Penting Untuk memahami perkataan para imam terdahulu)
(7) Qawaid Haditsiyyah Nashsha ‘alaiha al Muhaqqiqun wa Ghafala ‘anha al Musytaghilun (Kaedah-kaedah seputar hadits yang telah ditegaskan oleh para pakar hadits namun dilalaikan oleh orang-orang yang bergelut di bidang hadits)
(8) al Adab al Syar’iyyah fi al Mu’asyarah al Zaujiyyah (Adab-Adab dalam Pergaulan Suami Istri menurut aturan Syariat)
(9) al Ajwibah al Wafirah ‘ala al As-ilah al Wafidah (Buku Kumpulan Fatwa)

http://ustadzaris.com/sarjana-komputer-yang-jadi-ulama-hadits
12.
silahkan add fb teman2 saya: abuhaidar.riyanto@gmail.com , arios6home@gmail.com . Atik (sms/call: 085641095564), on Januari 17, 2010 at 3:41 pm said:

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,

sumber:

http://bestabuabdullah.blogspot.com/2009/10/rokok.html

Tuhan Sembilan Senti

(Taufiq Ismail)

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok,

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-
perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok,

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya
apakah ada buku tuntunan cara merokok,

Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk
orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok,

Negeri kita ini sungguh nirwana
kayangan para dewa-dewa bagi perokok,
tapi tempat cobaan sangat berat
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok,

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter
tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun
menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut
dan hidungnya mirip asbak rokok,

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul
saling menularkan HIV-AIDS sesamanya,
tapi kita tidak ketularan penyakitnya.
Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya
mengepulkan asap rokok di kantor atau di stopan bus,
kita ketularan penyakitnya.
Nikotin lebih jahat penularannya
ketimbang HIV-AIDS,

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia,
dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu,
Bisa ketularan kena,

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok,

Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil,
pertandingan bulutangkis,
turnamen sepakbola
mengemis-ngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok,

Di kamar kecil 12 meter kubik,
sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat
dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh,
dengan cueknya,
pakai dasi,
orang-orang goblok merokok,

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im
sangat ramah bagi orang perokok,
tapi tempat siksa kubur hidup-hidup
bagi orang yang tak merokok,

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru,
diam-diam menguasai kita,

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh,
duduk sejumlah ulama terhormat merujuk
kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.
Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.
Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka
terselip berhala-berhala kecil,
sembilan senti panjangnya,
putih warnanya,
ke mana-mana dibawa dengan setia,
satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya,

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang,
tampak kebanyakan mereka
memegang rokok dengan tangan kanan,
cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda
yang terbanyak kelompok ashabul yamiin
dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz.
Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tak tahan,
Di luar itu sajalah merokok.
Laa taqtuluu anfusakum.

Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr.
Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi).
Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok.
Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz.
Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang,
karena pada zaman Rasulullah dahulu,
sudah ada alkohol,
sudah ada babi,
tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok,
Lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan,
jangan,

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu,
yaitu ujung rokok mereka.
Kini mereka berfikir.
Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap,
dan ada yang mulai terbatuk-batuk,

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini,
sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok.
Korban penyakit rokok
lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas,
lebih gawat ketimbang bencana banjir,
gempa bumi dan longsor,
cuma setingkat di bawah korban narkoba,

Pada saat sajak ini dibacakan,
berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya,
bersembunyi di dalam kantong baju dan celana,
dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna,
diiklankan dengan indah dan cerdasnya,

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri,
tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini,
karena orang akan khusyuk dan fana
dalam nikmat lewat upacara menyalakan api
dan sesajen asap tuhan-tuhan ini,

Rabbana,
beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.
13.
silahkan add fb teman2 saya: abuhaidar.riyanto@gmail.com , arios6home@gmail.com . Atik (sms/call: 085641095564), on Januari 17, 2010 at 3:42 pm said:

http://muslim.or.id/aqidah/tanya-jawab-bersama-syaikhul-islam-ibnu-taimiyah-dimana-allah.html

Tanya Jawab Bersama Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah: Dimana Allah ?

Syaikhul Islam Abul ‘Abbas Ahmad ibnu Taimiyyah rohimahulloh pernah ditanya mengenai dua orang yang berselisih tentang masalah akidah/keyakinan. Seorang di antaranya berkata, “Orang yang tidak meyakini Alloh Subhanahu wa Ta’ala di atas langit adalah orang sesat.” Sedangkan yang satunya berkata, “Sesungguhnya Alloh itu tidak dibatasi oleh suatu tempat.” Padahal mereka berdua adalah sama-sama pengikut mazhab Syafi’i. Maka, jelaskanlah kepada kami tentang akidah Imam Syafi’i rodhiallohu ‘anhu yang kami ikuti dan bagaimanakah akidah yang benar?

Jawaban Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah:

Segala puji bagi Alloh, keyakinan Asy Syafi’i rohimahulloh dan keyakinan para pendahulu Islam seperti Malik, Ats Tsauri, Al Auza’i, Ibnu Mubarak, Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Rahawaih, dan juga menjadi keyakinan para guru yang ditiru seperti Fudhail bin ‘Iyadh, Abu Sulaiman Ad Darani, Sahl bin Abdullah At Tusturi dan selain mereka adalah sama. Sesungguhnya di antara ulama tersebut dan yang seperti mereka tidak terdapat perselisihan dalam pokok-pokok agama.

Begitu pula Abu Hanifah rohmatullohi ‘alaihi, sesungguhnya keyakinan beliau dalam masalah tauhid, takdir dan perkara lainnya adalah sesuai dengan keyakinan para ulama di atas. Sedangkan keyakinan yang dipegang oleh para ulama itu adalah keyakinan para sahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, itulah keyakinan yang dikatakan oleh Al Kitab dan As Sunnah. Asy Syafi’i mengatakan di bagian awal Muqoddimah Kitab Ar Risalah:

الحمد لله الَّذِي هُوَ كَمَا وصف بِهِ نفسه، وفوق مَا يصفه بِهِ خلقه.

“Segala puji bagi Alloh yang (terpuji) sebagaimana sifat yang Dia tetapkan untuk diri-Nya sendiri. Sifat-sifat yang tidak bisa digambarkan oleh makhluknya.”

Dengan demikian beliau rohimahulloh menerangkan bahwa Alloh itu memiliki sifat sebagaimana yang Dia tegaskan di dalam Kitab-Nya dan melalui lisan rosul-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam.

Begitu pula yang dikatakan oleh Ahmad bin Hambal. Beliau mengatakan: Alloh tidak diberi sifat kecuali dengan yang Dia tetapkan sendiri, atau sifat yang diberikan oleh Rosul-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam tanpa disertai tahrif (penyelewengan makna), tanpa takyif (memvisualisasikan), tanpa tamsil (menyerupakan dengan makhluk), tetapi mereka menetapkan nama-nama terbaik dan sifat-sifat luhur yang Dia tetapkan bagi diri-Nya. Mereka yakini bahwasanya:

لَيْسَ كمثله شيء وَهُوَ السميع البصير

“Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai dengan-Nya, Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat” baik dalam sifat-sifatNya, Zat-Nya maupun dalam perbuatan-perbuatanNya. Kemudian beliau berkata: Dialah yang telah menciptakan langit dan bumi, dan segala yang ada di antara keduanya dalam waktu enam masa kemudian Dia bersemayam di atas Arsy; Dialah yang telah benar-benar berbicara dengan Musa; Dialah yang telah menampakkan diri kepada gunung dan gunung itu pun menjadi hancur terbelah karenanya, tidak ada satu makhluk pun yang memiliki sifat sama persis dengan-Nya, ilmu-Nya tidak sama dengan ilmu siapa pun, kemampuan-Nya tidak sama dengan kemampuan siapa pun, dan kasih sayang-Nya juga tidak sama dengan kasih sayang siapa pun, bersemayam-Nya juga tidak sama dengan bersemayamnya siapa pun, pendengaran dan penglihatan-Nya juga tidak sama dengan pendengaran dan penglihatan siapa pun. Ucapan-Nya tidak sama dengan ucapan siapa pun, penampakan diri-Nya tidak sebagaimana penampakan siapa pun.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah menginformasikan kepada kita di surga itu ada daging, susu, madu, air, sutera dan emas. Dan Ibnu Abbas telah berkata,

لَيْسَ فِي الدُّنْيَا مما فِي الآخرة إِلاَّ الأسماء.

“Tidak ada suatu pun di dunia ini yang ada di akhirat nanti kecuali hanya sama namanya saja.”

Apabila makhluk-makhluk yang gaib ini ternyata tidak sama dengan makhluk-makhluk yang tampak ini -padahal namanya sama- maka Sang Pencipta tentu sangat jauh berbeda dibandingkan dengan makhluk-Nya, inilah perbedaan Pencipta dengan makhluk yang diciptakan, meskipun namanya sama.

Alloh telah menamai diri-Nya Hayyan ‘Aliiman (Maha Hidup, Maha Mengetahui), Samii’an Bashiiran (Maha Mendengar, Maha Melihat), dan nama-Nya yang lain adalah Ra’uuf Rahiim (Maha Lembut, Maha Penyayang); Alloh itu hidup tidak seperti hidup yang dialami oleh makhluk, pengetahuan Alloh tidak seperti pengetahuan makhluk, pendengaran Alloh tidak seperti yang dialami pendengaran makhluk, penglihatan Alloh tidak seperti penglihatan makhluk, kelembutan Alloh tidak seperti kelembutan makhluk, kasih sayang Alloh tidak seperti kasih sayang makhluk.

Nabi bersabda dalam konteks hadits budak perempuan yang cukup populer: “Di mana Alloh?” Budak tersebut menjawab, “(Alloh) di atas langit.” Akan tetapi bukan berarti maknanya Alloh berada di dalam langit, sehingga langit itu membatasi dan meliputi-Nya. Keyakinan seperti ini tidak ada seorang pun ulama salaf dan ulama yang mengatakannya; akan tetapi mereka semuanya bersepakat Alloh berada di atas seluruh langit ciptaan-Nya. Dia bersemayam (tinggi) di atas ‘Arsy, terpisah dari makhluk-Nya; tidak terdapat sedikit pun unsur Dzat-Nya di dalam makhluk-Nya, begitu pula, tidak terdapat sedikit pun unsur makhluk-Nya di dalam Dzat-Nya.

Malik bin Anas pernah berkata:

إن الله فَوْقَ السماء، وعلمه فِي كلّ مكان

“Sesungguhnya Alloh berada di atas langit dan ilmu-Nya berada (meliputi) setiap tempat.”

Maka barang siapa yang meyakini Alloh berada di dalam langit dalam artian terbatasi dan terliputi oleh langit dan meyakini Alloh membutuhkan ‘Arsy atau butuh terhadap makhluk lainnya, atau meyakini bersemayamnya Alloh di atas ‘Arsy-Nya sama seperti bersemayamnya makhluk di atas kursinya; maka orang seperti ini adalah sesat, pembuat bid’ah dan jahil (bodoh). Barang siapa yang meyakini kalau di atas ‘Arsy itu tidak ada Tuhan yang disembah, di atas ‘Arsy itu tidak ada Tuhan yang orang-orang sholat dan bersujud kepada-Nya, atau meyakini Muhammad tidak pernah diangkat menghadap Tuhannya, atau meyakini kalau Al Quran tidak diturunkan dari sisi-Nya, maka orang seperti ini adalah Mu’aththil Fir’auni (penolak sifat Alloh dan pengikut Fir’aun), sesat dan pembuat bid’ah.

Ibnu Taimiyah berkata setelah penjelasan yang panjang, Orang yang mengatakan, “Barang siapa tidak meyakini Alloh di atas langit adalah sesat”, jika yang dimaksudkan adalah “barang siapa yang tidak meyakini Alloh itu di dalam lingkup langit sehingga Alloh terbatasi dan diliputi langit” maka perkataannya itu keliru. Sedangkan jika yang dimaksudkan dengan ucapan itu adalah “barang siapa yang tidak meyakini apa yang tercantum di dalam Kitab dan Sunnah serta telah disepakati oleh generasi awal umat ini dan para ulamanya -yaitu Alloh berada di atas langit bersemayam di atas ‘arsy-Nya, terpisah dari makhluk-Nya- maka dia benar. Siapa saja yang tidak meyakininya berarti mendustakan Rosul shollallohu ‘alaihi wa sallam dan mengikuti selain orang-orang yang beriman. Bahkan sesungguhnya dia telah menolak dan meniadakan Tuhannya; sehingga pada hakikatnya tidak memiliki Tuhan yang disembah, tidak ada Tuhan yang dimintainya, tidak ada Tuhan yang ditujunya.”

Padahal Alloh menciptakan manusia -baik orang Arab maupun non-Arab- yang apabila berdoa maka akan mengarahkan hatinya ke arah atas, bukan ke arah bawah. Oleh karena itu ada orang bijak mengatakan: Tidak pernah ada seorang pun yang menyeru: “Ya Alloh!!” kecuali didapatkan di dalam hatinya -sebelum lisan tergerak- dorongan ke arah atas dan hatinya tidak terdorong ke arah kanan maupun kiri.

Ahlu ta’thil dan ta’wil (penolak dan penyeleweng sifat Alloh) memiliki syubhat dalam hal ini. Mereka benturkan Kitabullah dan Sunnah Rosulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam dengan syubhat ini, mereka tentang kesepakatan salaful ummah dan para ulama. Mereka tentang fitrah yang telah Alloh anugerahkan kepada hamba-hambaNya, mereka tentang sesuatu yang telah terbukti dengan akal sehat. Dalil-dalil ini semua bersepakat bahwa Alloh itu berada di atas makhluk-Nya, tinggi di atasnya. Keyakinan semacam ini Alloh anugerahkan sebagai fitrah yang dimiliki oleh orang-orang tua bahkan anak-anak kecil dan juga diyakini oleh orang badui; sebagaimana Alloh menganugerahkan fitrah berupa pengakuan terhadap adanya (Alloh) Pencipta Yang Maha tinggi. Rosulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits shahih:

كلّ مولود يولد عَلَى الفطرة؛ فأبواه يهودانه، أَوْ ينصّرانه، أَوْ يمجسانه، كَمَا تنتج البهيمة بهيمة جمعاء هَلْ تحسّون فِيهَا من جدعاء؟

“Semua bayi itu dilahirkan dalam keadaan fitrah; Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi, sebagaimana seekor binatang melahirkan anak dengan utuh tanpa ada anggota tubuh yang hilang, apakah menurutmu ada yang hilang telinganya (tanpa sebab sejak dari lahirnya)?”

Kemudian Abu Hurairah rodhiallohu ‘anhu berkata: Jika kalian mau bacalah,

فطرة الله الَّتِي فطر النَّاس عَلَيْهَا، لاَ تبديل لخلق الله

“Itulah fitrah Alloh yang manusia diciptakan berada di atasnya, tidak ada penggantian dalam fitrah Alloh.”

Inilah maksud dari perkataan Umar bin Abdul ‘Aziz: “Ikutilah agama orang-orang badui dan anak-anak kecil yang masih asli, yakinilah fitrah yang telah Alloh berikan kepada mereka, karena Alloh menetapkan bahwa fitrah hamba fitrah dan untuk memperkuat fitrah bukan untuk menyimpangkan dan juga bukan untuk mengubahnya.”

Sedangkan musuh-musuh para rosul seperti kaum Jahmiyah Fir’auniyah dan lain-lain itu bermaksud mengganti dan mengubah fitrah yang Alloh berikan, mereka lontarkan berbagai syubhat/kerancuan dengan kalimat-kalimat yang tidak jelas sehingga banyak orang itu tidak mengerti maksudnya; dan tidak bisa membantah mereka.

Sumber kesesatan mereka adalah penggunaan istilah-istilah yang bersifat global dan tidak bersumber dari Al Quran dan Sunnah Rosul-Nya shollallohu ‘alaihi wa sallam, juga tidak pernah pula dikatakan oleh salah seorang ulama kaum muslimin, seperti istilah tahayyuz, jisim (jasad/raga), jihhah (arah) dan lain sebagainya.

Barang siapa yang mengetahui bantahan syubhat mereka hendaklah dia menjelaskannya, namun barang siapa yang tidak mengetahuinya hendaknya tidak berbicara dengan mereka dan janganlah menerima kecuali yang berasal dari Al Kitab dan As Sunnah, sebagaimana yang difirmankan Alloh,

وَإِذَا رأيت الَّذِينَ يخوضون فِي آياتنا فأعرض عنهم حتّى يخوضوا فِي حديثٍ غيره

“Dan apabila kamu melihat orang-orang yang mempermainkan ayat-ayat Kami maka berpalinglah dari mereka hingga mereka mengganti pembicaraan.”

Barang siapa berbicara tentang Alloh, Nama dan Sifat-Nya dengan pendapat yang bertentangan dengan Al Kitab dan As Sunnah maka dia termasuk orang-orang yang mempermainkan ayat-ayat Alloh secara batil.

Kebanyakan dari mereka itu menisbatkan kepada para ulama kaum muslimin pendapat-pendapat yang tidak pernah mereka katakaberbagai hal yang tidak pernah mereka katakan, kemudian mereka katakan kepada para pengikut imam-imam itu: inilah keyakinan Imam Fulan; oleh karena itu apabila mereka dituntut untuk membuktikannya dengan penukilan yang sah dari para imam niscaya akan terbongkar kedustaannya.

Asy Syafi’i mengatakan, “Hukuman yang seharusnya dijatuhkan kepada Ahli ilmu kalam (baca: ahli filsafat) menurutku adalah dipukuli dengan pelepah kurma dan sandal lalu diarak mengelilingi kabilah-kabilah dan kaum-kaum sambil diumumkan: ‘Inilah balasan/hukuman yang dijatuhkan kepada orang yang meninggalkan Al Kitab dan As Sunnah dan malah menekuni ilmu kalam.’”

Abu Yusuf Al Qadhi berkata, “Barang siapa menuntut ilmu agama dengan belajar ilmu kalam dia akan menjadi zindiq (baca: sesat).”

Ahmad mengatakan “Tidak akan beruntung orang yang menggeluti ilmu kalam.”

Sebagian ulama mengatakan: Kaum mu’aththilah/penolak sifat Alloh itu pada hakikatnya adalah penyembah sesuatu yang tidak ada, sedangkan kaum mumatstsilah/penyerupa sifat Alloh dengan sifat makhluk itu adalah penyembah arca. Mu’aththil itu buta, dan mumatstsil itu rabun; padahal agama Alloh itu berada antara sikap melampaui batas/ghuluw dan sikap meremehkan.

Alloh ta’ala berfirman,

وكذلك جعلناكم أمّة وسطاً

“Dan demikianlah Kami jadikan kamu umat yang pertengahan.”

Posisi Ahlusunnah di dalam Islam seperti posisi Islam di antara agama-agama.

Walhamdulillahi Rabbil ‘aalamiin.

(Majmu’ Fatawa V/256-261)

***

Dialihbahasakan oleh: Abu Muslih Ari Wahyudi
Artikel http://www.muslim.or.id

http://muslim.or.id/aqidah/tanya-jawab-bersama-syaikhul-islam-ibnu-taimiyah-dimana-allah.html
14.
silahkan add fb teman2 saya: abuhaidar.riyanto@gmail.com , arios6home@gmail.com . Atik (sms/call: 085641095564), on Januari 17, 2010 at 3:43 pm said:

http://muslim.or.id/aqidah/dimanakah-alloh.html

Dimanakah Alloh ?

Pada masa sekarang ini, di mana banyak diantara kaum muslimin yang sudah sangat menyepelekan masalah aqidah shahihah yang merupakan masalah paling pokok dalam agama ini, maka akan kita dapati dua jawaban yang batil dan kufur dari pertanyaan “Dimana Alloh?”. Yang pertama mereka yang mengatakan bahwasanya Alloh ada dalam diri setiap kita? Dan kedua yaitu yang mengatakan Alloh ada di mana-mana atau di segala tempat?

Seorang Budak Pun Tahu Dimana Alloh

Ketahuilah wahai Saudaraku, pertanyaan “Dimana Alloh?” adalah pertanyaan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam kepada seorang budak perempuan kepunyaan Mu’awiyah bin Hakam As Sulamiy sebagai ujian keimanan sebelum ia dimerdekakan oleh tuannya. “Beliau bertanya kepada budak perempuan itu, ‘Dimanakah Alloh?’ Jawab budak perempuan, ‘Di atas langit’ Beliau bertanya lagi, Siapakah aku? Jawab budak perempuan, ‘Engkau adalah Rosululloh’, Beliau bersabda, ‘Merdekakan dia! Karena sesungguhnya dia seorang mu’minah (perempuan yang beriman)’.” (HR. Muslim dan lainnya)

Maka perhatikanlah dengan seksama masyarakat tersebut, yang mana Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam berjihad bersama mereka, aqidah mereka sempurna (merata) hingga pada para penggembala kambing sekalipun, yang mana perjumpaan (pergaulan) mereka dengan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam sangat sedikit, seperti penggembala kambing ini. Kemudian bandingkanlah dengan realita kaum muslimin sekarang ini, niscaya akan kita dapatkan perbedaan yang sangat jauh.

Keyakinan di mana Alloh termasuk masalah besar yang berkaitan dengan sifat-sifat-Nya yaitu penetapan sifat Al-’Uluw (sifat ketinggian Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bahwa Dia di atas seluruh mahluk), ketinggian yang mutlak dari segala sisi dan penetapan Istiwa’ (bersemayam)-Nya di atas Al-’Arsy, berpisah dan tidak menyatu dengan makhluk-Nya sebagaimana yang diyakini oleh kaum Wihdatul Wujud, yang telah dikafirkan oleh para ulama kita yang dahulu dan sekarang. Dan dalil-dalil yang menunjukkan penetapan sifat ini sangatlah banyak, sangat lengkap dan jelas, baik dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah, ijma’, akal dan fitrah sehingga para ulama menganggapnya sebagai perkara yang bisa diketahui secara mudah oleh setiap orang dalam agama yang agung ini.

Dalil-Dalil Al Qur’an

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “(Robb) Yang Maha Pemurah, Yang bersemayam di atas ‘Arsy.” (Thoha: 5). Dan pada enam tempat dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman, “Kemudian Dia Istiwa’ (bersemayam) di atas ‘Arsy.” (Al-A’raf: 54). ‘Arsy adalah makhluk Alloh yang paling tinggi berada di atas tujuh langit dan sangat besar sekali sebagaimana diterangkan Ibnu Abbas, “Dan ‘Arsy tidak seorang pun dapat mengukur berapa besarnya.” (Dikeluarkan oleh Imam Ibnu Khuzaimah, sanadnya Shahih). Ayat ini jelas sekali menunjukkan ketinggian dan keberadaan Alloh Subhanahu wa Ta’ala di atas langit serta menutup jalan untuk meniadakan atau menghilangkan sifat ketinggian-Nya atau mentakwilkannya. Para ulama Ahlus Sunnah pun sepakat bahwa Alloh Subhanahu wa Ta’ala ber-istiwa’ di atas ‘Arsy-Nya sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya tanpa mempertanyakan bagaimana cara/kaifiyat istiwa’-Nya. Dan perlu diketahui bahwa penetapan sifat ini sama dengan penetapan seluruh sifat Alloh yang lainnya, yaitu harus berjalan di atas dasar penetapan sifat Alloh sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya tanpa ada penyerupaan sedikitpun dengan makhluk-Nya.

Dalil-Dalil As Sunnah

Adapun dalil-dalil dari As-Sunnah juga sangat banyak, di antaranya adalah sabda Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, “Tidakkah kalian percaya padaku sedangkan aku adalah kepercayaan Yang berada di atas langit. Datang kepadaku wahyu dari langit di waktu pagi dan petang.” (HR. Bukhori-Muslim). Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, “Orang-orang yang penyayang akan disayangi oleh Yang Maha Rahman, sayangilah siapa saja yang ada di bumi niscaya kalian akan disayangi oleh Yang berada di atas langit.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi, dishahihkan oleh Imam Al-Albani). Begitu pula dengan hadits pertanyaan Rosululloh kepada budak perempuan yang telah disebutkan di atas. Imam Adz-Dzahabi berkata setelah membawakan hadits budak perempuan di atas, “Demikianlah pendapat kami bahwa setiap orang yang ditanyakan di manakah Alloh, dia segera menjawab dengan fitrahnya, ‘Alloh di atas langit!’ Dan di dalam hadits ini ada dua perkara yang penting; Pertama disyariatkannya pertanyaan, ‘Dimana Alloh?’ Kedua, disyariatkannya jawaban yang ditanya, ‘Di atas langit’. Maka siapa yang mengingkari kedua perkara ini maka sesungguhnya dia mengingkari Al-Musthofa shollallohu ‘alaihi wa sallam“. (Mukhtashor Al-’Uluw)

Akan tetapi realita kaum muslimin sekarang amat sangat memprihatinkan. Pertanyaan ini justeru telah menjadi sesuatu yang ditertawakan dan jarang dipertanyakan oleh sebagian jama’ah-jama’ah dakwah di zaman ini? Ataukah justru pertanyaan ini telah menjadi bahan olok-olokan semata? Ataukah kaum muslimin sekarang ini telah memahami pentingnya berhukum dengan hukum yang diturunkan Alloh, meskipun mereka menyia-nyiakan hak Alloh? Maka kapankah Alloh akan mengizinkan untuk melepaskan, membebaskan dan memerdekakan kita dari orang-orang kafir yang menghinakan dan merendahkan kita sebagaimana telah dibebaskannya seorang wanita dari hinanya perbudakan setelah ia mengenal dimana Alloh?

Konsekuensi Jawaban yang Keliru

Alangkah batilnya orang yang yang mengatakan bahwasanya Alloh berada di setiap tempat atau Alloh berada di mana-mana karena konsekuensinya menetapkan keberadaan Alloh di jalan-jalan, di pasar bahkan di tempat-tempat kotor dan berada di bawah makhluk-Nya. Kita katakan kepada mereka, “Maha Suci Alloh dari apa-apa yang mereka sifatkan.” (Al-Mu’minun: 91). Dan sama halnya juga dengan orang yang mengatakan bahwasanya Alloh ada dalam setiap diri kita (??) karena konsekuensinya Alloh itu banyak, sebanyak bilangan makhluk? Maka aqidah seperti ini lebih kufur daripada aqidahnya kaum Nashrani yang mengakui adanya tiga tuhan (trinitas). Lebih-lebih lagi mereka yang mengatakan bahwa Alloh tidak di atas, tidak di bawah, tidak di kanan, tidak di kiri, tidak di depan, tidak di belakang karena hal ini berarti Alloh itu tidak ada (??) maka selama ini siapa Tuhan yang mereka sembah? Adapun orang yang “diam” dengan mengatakan, “Kami tidak tahu Dzat Alloh di atas ‘Arsy atau di bumi” mereka ini adalah orang-orang yang memelihara kebodohan. Karena Alloh Subhanahu wa Ta’ala telah mensifatkan diri-Nya dengan sifat-sifat yang salah satunya adalah bahwa ia istiwa’ (bersemayam) di atas ‘Arsy-Nya supaya kita mengetahui dan menetapkannya. Oleh karena itu “diam” darinya dengan ucapan “Kami tidak tahu” nyata-nyata telah berpaling dari maksud Alloh. Pantaslah jika Imam Abu Hanifah mengkafirkan orang yang berfaham demikian, tentunya setelah ditegakkan hujjah atas mereka.

Dalil Fitrah

Sebenarnya tanpa adanya dalil naqli tentang keberadaan Alloh di atas, fitrah kita sudah menunjukkan hal tersebut. Lihatlah jika manusia berdo’a khususnya apabila sedang tertimpa musibah, mereka menengadahkan wajah dan tangan ke langit sementara gerakan mata mereka ke atas mengikuti isyarat hatinya yang juga mengarah ke atas. Maka siapakah yang mengingkari fitrah ini kecuali mereka yang telah rusak fitrahnya? Bahkan seorang artis pun ketika ditanya tentang kapan dia mau menikah maka dia menjawab, “Kita serahkan pada Yang di atas!” Maka mengapa kita tidak menjawab pertanyaan “Dimana Alloh?” dengan fitrah kita? Dengan memperhatikan kenyataan ini, lalu mengapa kita lebih sibuk menyatukan suara kaum muslimin di kotak-kotak pemilihan umum sementara hati-hati mereka tidak disatukan di atas aqidah yang shahih? Bukankah persatuan jasmani tidak akan terwujud bilamana ikatan hati bercerai-berai? Alloh Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Kamu mengira mereka itu bersatu, padahal hati-hati mereka berpecah-belah.” (Al-Hasyr: 14). Hanya kepada Alloh-lah kita memohon perlindungan.

***

Penulis: Abu Ibrohim Hakim
Artikel http://www.muslim.or.id

http://muslim.or.id/aqidah/dimanakah-alloh.html
15.
silahkan add fb teman2 saya: abuhaidar.riyanto@gmail.com , arios6home@gmail.com . Atik (sms/call: 085641095564), on Januari 17, 2010 at 3:44 pm said:

http://muslim.or.id/aqidah/sikap-seorang-muslim-terhadap-ayat-dan-hadist-tentang-asma-dan-sifat-allah.html

Sikap Seorang Muslim Terhadap Ayat dan Hadist Tentang Asma dan Sifat Allah

Sungguh Alloh subhanahu wa ta’ala telah mengabarkan kepada kita bahwasanya Dia mempunyai ilmu yang sempurna, mengetahui apa yang yang ada pada diri-Nya dan apa yang ada pada selain-Nya, sebagaimana firman Alloh subhanahu wa ta’ala yang artinya: “Katakanlah, apakah kamu lebih mengetahui ataukah Alloh?” (al-Baqoroh: 140). Berita yang datang dari Alloh subhanahu wata’ala merupakan sebenar-benar berita, yang wajib bagi seorang muslim untuk membenarkannya, Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman, yang artinya: “Dan siapakah yang lebih benar perkataannya dari pada Alloh.” (an-Nisa’: 87). Kemudian Alloh subhanahu wa ta’ala menurunkan al-Qur’an ini kepada manusia yang paling mulia Muhammad shollallohualaihi wasallam melalui malaikat yang paling mulia Jibril ‘alaihissalam.

Oleh karena itulah hendaknya sikap seorang muslim ketika mendengar apa yang datang dari Alloh subhanahu wa ta’ala dan Rosul-Nya yang mulia Muhammad shollallohualaihi wasallam, bersikap tunduk dan pasrah, menerima dengan lapang dada, dan yang demikian itu merupakan sikap orang-orang yang beriman, yaitu apabila datang kepada mereka perintah dari Alloh dan Rosul-Nya mereka mengatakan “kami mendengar dan kami taat”. Maka demikian juga ketika mendengar ayat dan hadits yang berbicara tentan nama dan sifat Alloh subhanahu wa ta’ala sikap kita adalah tunduk dan menerimanya.

Sikap Manusia Ketika Mendengar Ayat dan Hadits Tentang Asma’ dan Sifat Alloh Subhanahu wa Ta’ala

Ada dua golongan manusia ketika mendengar ayat dan hadits asma’ dan sifat, dari kedua golongan tersebut ada golongan yang selamat dan ada golongan yang menyimpang dari kebenaran, dua golongan tersebut adalah:

1. Golongan orang-orang yang mendalam ilmunya.

Sikap mereka ketika mendengar apa yang datang dari Alloh dan Rosul-Nya, tentang asma’ dan sifat adalah dengan menerimanya dan tunduk kepadanya. Karena mereka yakin apa yang datang dari Alloh dan Rosul-Nya merupakan kebenaran, baik hal tersebut sudah bisa diterima akal maupun belum. Mereka berkata: “Semua itu datangnya dari Rabb kami”. Mereka mengembalikan setiap ayat-ayat yang mutasyaabih (samar bagi sebagian orang) kepada ayat-ayat yang muhkam (jelas). Sebagaimana firman Alloh subhanahu wa ta’ala yang artinya: “Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: ‘Kami beriman kepada ayat-ayat yang mutasyaabihat, semuanya itu dari sisi Rabb kami.’” (ali-Imron: 7)

Karena secara akal, mustahil bagi Alloh subhanahu wa ta’ala menurunkan suatu kitab atau Rosululloh shollallohualaihi wasallam menyampaikan satu perkataan yang ditujukan untuk menjadi petunjuk bagi umat manusia, lalu tidak menjelaskan permasalahan yang sangat penting dalam kitab tersebut, sedang kita mengetahui bahwasanya permasalahan yang dianggap kecil oleh manusia yaitu bagaimana adab ketika buang air saja ada penjelasannya apalagi tentang asma’ dan sifat Alloh subhanahu wa ta’ala yang merupakan ilmu yang paling mulia dan paling dibutuhkan oleh seorang hamba hal ini tentunya bertentangan dengan sifat hikmah Alloh subhanahu wa ta’ala. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya: “(Inilah) kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Alloh) Yang Maha Bijaksana dan Maha Mengetahui.” (Hud: 1)

2. Golongan Ahlu Zaigh.

Yaitu orang-orang yang lebih condong kepada kesesatan. Mereka sukanya mencari ayat-ayat yang mutasyaabih dengan tujuan untuk membuat fitnah di tengah manusia. Alloh subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya: “Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian ayat yang mutasyaabih untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari ta’wilnya, padahal tidak ada yang mengetahui ta’wilnya kecuali Alloh.” (ali-Imron: 7)

Cara mereka ini bertentangan dengan sikap Salafush Sholih, menyelisihi kehendak Alloh dan Rosul-Nya, mengambil sebagian ayat dan meninggalkan sebagian ayat yang lain. Dasar dari semua itu adalah karena mereka lebih menuruti hawa nafsunya daripada kehendak Alloh dan Rosul-Nya. Hanya kepada Alloh kita memohon agar kita tidak termasuk orang-orang yang condong kepada kesesatan.

Rujukan:

1. Ta’liq Mukhtashor Kitab Lum’atul I’tiqod al Haadi ilaa Sabilili Rosyaad.
2. Taqriibu Tadmuriyyah, al Qowaa’idul Mutsla, Karya Syaikh Muhammad bin Sholih ‘al Utsaimin.

***

Penulis: Didik Abul Abbas
Artikel http://www.muslim.or.id

http://muslim.or.id/aqidah/sikap-seorang-muslim-terhadap-ayat-dan-hadist-tentang-asma-dan-sifat-allah.html
16.
silahkan add fb teman2 saya: abuhaidar.riyanto@gmail.com , arios6home@gmail.com . Atik (sms/call: 085641095564), on Januari 17, 2010 at 3:47 pm said:

http://muslim.or.id/aqidah/mengenal-nama-dan-sifat-allah.html

Mengenal Nama dan Sifat Allah

Pembaca yang budiman, ilmu tentang mengenal Alloh dan Rosul-Nya merupakan ilmu yang paling mulia. Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh mengatakan, “Kemuliaan sebuah ilmu mengikuti kemuliaan objek yang dipelajarinya.” Dan tentunya, tidak diragukan lagi bahwa pengetahuan yang paling mulia, paling agung dan paling utama adalah pengetahuan tentang Alloh di mana tiada ilah (sesembahan) yang berhak disembah kecuali Dia semata, Robb semesta alam.

Ilmu Tentang Alloh Adalah Pokok dari Segala Ilmu

Ilmu tentang Alloh adalah pokok dan sumber segala ilmu. Maka barangsiapa mengenal Alloh, dia akan mengenal yang selain-Nya dan barangsiapa yang jahil tentang Robb-nya, niscaya dia akan lebih jahil terhadap yang selainnya. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Alloh, lalu Alloh menjadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri.” (Al-Hasyr: 19). Ketika seseorang lupa terhadap dirinya, dia pun tidak mengenal hakikat dirinya dan hal-hal yang merupakan kemaslahatan (kebaikan) bagi dirinya. Bahkan ia lupa dan lalai terhadap apa saja yang merupakan sebab bagi kebaikan dan kemenangannya di dunia dan di akhirat. Maka, jadilah dia seperti orang yang ditinggalkan dan ditelantarkan, yang berstatus seperti binatang ternak yang dilepas dan dibiarkan pergi sekehendaknya, bahkan mungkin saja binatang ternak lebih mengetahui kepentingan dirinya daripadanya.

Imam Ibnul Qoyyim rohimahulloh berkata, “Manusia yang paling sempurna ibadahnya adalah seorang yang beribadah kepada Alloh dengan semua nama dan sifat-sifat Alloh yang diketahui oleh manusia”. Beliau juga berkata, “Yang jelas, bahwa ilmu tentang Alloh adalah pangkal segala ilmu dan sebagai pokok pengetahuan seorang hamba akan kebahagiaan, kesempurnaan dan kemaslahatannya di dunia dan di akhirat.” (Miftaah Daaris Sa’aadah).

Hampir Setiap Ayat Dalam Al-Qur’an Menyebutkan Nama dan Sifat Alloh

Alloh telah memperkenalkan diri-Nya kepada hamba-hamba-Nya dengan memberitahukan nama-nama-Nya yang paling indah dan sifat-sifat-Nya yang paling mulia. Semua itu disebutkan dalam Kitab-Nya dan Sunnah Rosul-Nya. Bahkan kita jumpai, hampir pada setiap ayat Alqur’an yang kita baca selalu berakhir dengan peringatan atau penyebutan salah satu dari nama-nama Alloh atau salah satu dari sifat-sifat-Nya. Sebagai contoh, firman Alloh yang artinya, “…Sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (At-Taubah: 5) dan juga firman-Nya yang artinya, “…Dan Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (An-Nisaa’: 17)

Hal ini semua disebabkan karena nama-nama yang terbaik dan sifat-sifat yang mulia ini memiliki daya pengaruh dan membekas dalam hati seorang yang mengetahui-Nya, hingga ia selalu merasa terawasi oleh Alloh dalam segala aspek kehidupannya. Dengan demikian, sempurnalah rasa malunya dari bermaksiat kepada Alloh.

Yang Paling Takut Kepada Alloh Adalah yang Paling Mengenal Alloh

Semakin tinggi pengetahuan seorang hamba kepada Robb-nya, maka ia akan semakin takut kepada-Nya. Alloh berfirman, “Sesungguhnya yang takut kepada Alloh di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah para ulama.” (Faathir: 28)

Orang yang paling mengenal dan paling mengetahui Alloh adalah Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, beliau senantiasa dalam keadaan takut dari perbuatan durhaka terhadap Robb-nya, dan tentu kita telah mengetahui siapa beliau. Karena Alloh telah memerintahkannya untuk mengatakan, “Katakanlah: ‘Sesungguhnya aku takut akan adzab hari yang besar (hari Kiamat), jika aku mendurhakai Robbku’.” (Al-An’aam: 15)

Sebab, ahli tauhid yang benar-benar mengenal Alloh memandang bahwa kemaksiatan itu, meskipun kecil, ibarat sebuah gunung yang sangat besar. Karena mereka mengetahui keagungan Dzat (Rabb) yang Maha Esa serta Maha Kuasa dan mengenal hak-hak-Nya, oleh sebab itu, mereka menjadi orang-orang yang paling takut kepada-Nya di antara manusia.

Kebodohan Akan Keagungan Alloh Adalah Induk Kemaksiatan

Dari Abul ‘Aliyah, beliau pernah bercerita bahwa para Shahabat Rosululloh mengatakan, “Setiap dosa yang dikerjakan seorang hamba, penyebabnya adalah kejahilan.” (Diriwayatkan oleh Imam Ibnu Jarir, dengan sanad yang shahih)

Imam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh berkata, “Setiap pelaku kemaksiatan adalah seorang jahil dan setiap orang yang takut kepada-Nya adalah seorang alim yang taat kepada Alloh. Dia menjadi seorang yang jahil hanya karena kurangnya rasa takut yang dimilikinya, kalau saja rasa takutnya kepada Alloh sempurna, pastilah dia tidak akan bermaksiat kepada-Nya.”

Syirik merupakan kemaksiatan yang terbesar di antara maksiat yang ada. Tidaklah manusia berbuat syirik kecuali memang karena ia bodoh dalam pengenalannya terhadap Tuhannya. Oleh karena itu, ketika Nabi Nuh ‘alaihis salaam mengajak kaumnya (kepada tauhid) lalu mereka menolaknya, maka beliau pun mengetahui bahwa penolakan tersebut disebabkan karena ketidaktahuan mereka akan kebesaran Alloh. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Alloh?” (Nuuh: 13). Ibnu Abbas berkata dalam menafsirkan ayat ini, “Kalian tidak mengetahui keagungan atau kebesaran-Nya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui beberapa jalan yang saling menguatkan)

Apa yang dikatakan di atas sangat beralasan, karena seandainya manusia mengenal Alloh dengan sebenarnya, niscaya mereka tidak terjerat dalam kesyirikan mempersekutukan Alloh dengan sesuatu. Sebab, segala kebaikan berada di tangan-Nya, maka bagaimana mungkin mereka bersandar kepada selain-Nya?

Nama Alloh Semuanya Husna

Nama-nama Alloh semuanya husnaa, maksudnya, mencapai puncak kesempurnaannya. Karena nama-nama itu menunjukkkan kepada pemilik nama yang mulia, yaitu Alloh Subhaanahu wa Ta’ala dan juga mengandung sifat-sifat kesempurnaan yang tidak ada cacat sedikit pun ditinjau dari seluruh sisinya. Alloh Ta’ala berfirman yang artinya, “Hanya milik Alloh-lah nama-nama yang husna.” (Al-A’roof: 18)

Kewajiban kita terhadap nama-nama Alloh ada tiga, yaitu beriman dengan nama tersebut, beriman kepada makna (sifat) yang ditunjukkan oleh nama tersebut dan beriman dengan segala pengaruh yang berhubungan dengan nama tersebut. Maka, kita beriman bahwa Alloh adalah Ar-Rohiim (Yang Maha Penyayang), memiliki sifat rahmah (kasih sayang) yang meliputi segala sesuatu dan menyayangi semua hamba-Nya.

nasehat

Kalau Engkau Jantan, Nikahilah Aku !! (jangan cuma mengajak berpacaran !!!!!!)
Posted on Desember 20, 2008 by sms/call: 081328051636 atau 087736964912 (silahkan buka situs2 islam bermanfaat: www.eramuslim.com , www.kajian.net , www.almanhaj.or.id)

Kalau Engkau Jantan, Nikahilah Aku !! (jangan cuma mengajak berpacaran !!!!!!)

Jika seorang pria tulus mencintai wanita tentu sang pria berharap sang wanita selalu selamat dan tidak mungkin sang pria secara sengaja mencelakakan wanita.

Kecuali jika sebenarnya hanyalah nafsu yang berkedok cinta maka bisa saja si pria tidak peduli dengan keselamatan wanita asalkan hasratnya terpenuhi, dia tak peduli apakah si wanita akan celaka atau tidak, yg penting dirinya senang.

Inilah hakekat pacaran, para pria yg memacari wanita sebenarnya cintanya tidak tulus, yang ada sebenarnya hanyalah nafsu dan hasrat pribadi, bukan cinta. BUKTINYA dia tidak peduli jika wanita yang dipacarinya celaka dan masuk neraka, asalkan dirinya bisa bersenang-senang dengan wanita tersebut, jadi sudah jelas cintanya itu palsu, sebenarnya hanya nafsu saja.

Barangsiapa mencium pacarnya, berarti cintanya palsu, sebab yang dicari hanyalah kesenangan pribadinya, karena dia tidak peduli jika yang dicium itu celaka, sebab ciuman adalah zina ringan yang termasuk dosa. Dan dosa bisa mengantar kekasihnya itu ke neraka.

Jika cinta kita tulus tentu kita tidak tega berbuat sengaja untuk mencelakakan kekasih, tidak mungkin tega mendorong kekasih ke tengah jalan raya agar ditabrak kendaraan-kendaraan yang lewat. Tidak mungkin tega membakar dengan api orang yang kita cintai. Lantas kenapa kita tega memasukkan orang-orang yang kita cintai ke dalam api neraka?? Renungkanlah wahai yang masih punya hati… !!! Dan berbuat maksiat dengan pacar sama saja mencelakakan pacar itu dengan dosa yang bisa berujung siksaan di neraka di akherat.

Karena itu jika cinta kita tulus tentu kita tidak akan lama-lama berpacaran tetapi secepat mungkin menikahinya sehingga semua yang kita lakukan kepadanya menjadi halal, sehingga tidak mencelakakan kekasih kita dengan api neraka. Dan saat berpacaran pun kita tidak boleh berbuat macam-macam kepada sang pacar, apalagi sampai berzina, agar tidak mencelakakan pacar kita dalam api neraka.

Orang-orang yang berpacaran hanyalah orang-orang pengecut yang berani berbuat tapi tidak berani bertanggung jawab, dan cinta mereka palsu karena tega menjerumuskan pacarnya kedalam api neraka, kenapa mereka tidak kasihan dengan pacarnya?? Atau beginikah jika nafsu telah mengalahkan logika?

Besar kecilnya dosa berpacaran sebanding dengan banyak sedikitnya aktivitas maksiat dan zina yang dilakukan selama berpacaran.

Pesan buat yang masih pacaran: jangan mencium, jangan menyentuh pacar, jangan berduaan ditempat sepi, jangan berzina, jangan berbuat maksiat dengan pacar, dan segeralah menikah

karena itu… Kalau Engkau Memang Jantan, Segera Nikahilah Aku !! (jangan cuma mengajak berpacaran !!!!!!)

=======================================

puisi cinta

selamat pagi cinta……diujung pagi yang cerah ini aku tak menemukan bayangmu,kemana dikau??…..aku selalu setia setiap pagi hanya buat mengatakan sayangku padamu…aku juga selalu membawa seikat bunga cinta yang segar nan indah buatmu seorang..namun pagi ini aku tak tau kemana gerangan dirimu yang biasanya akan selalu menyambutku dengan uluran kasih sayangmu..adakah kau rasa debar was wasku menanti hadirmu, hingga ujung pagi ini kaupun belum nampah ,,,,


————————————————–

Puisi Cinta ke-2:

aku ingin semua yang hadir dalam jiwaku adalah hakmu yang akan menjadi pemacu dalam kisah hidup yang kita jalani sehari hari karena aku cinta kamu…aku juga ingin hadirku adalah kekayaanmu yang sempurna karena didalamnya ada pernak pernik sayangku buatmu..dalam suka dan duka dunia cinta aku ingin engkau juga paham akan semburan lava cinta yang sewaktu waktu bisa dahsat menghujani seluruh jiwamu ….selangkah semi selangkah semua ingin dalam janji kisah cinta yang kita jalani akan ringan terasa karena kau hadir saat tepat ujung jarum asmara menusuk jantung hariku….



————————————————–

Puisi Cinta ke-3:

dalam nelangsa hayalku ada hadirmu menyapaku,aku tersenyum ceria karena engkaupun tersenyun,,namun sedetik kemudian engkau pergi membawa senyum yang belum sempat kunikmati …aku tidak tau kenapa begitu cepat engkau berlalu dan membawa senyum itu pergi..aku juga bingung kenapa engkau tebarkan senyum lalu kaupun pergi tanpa sepatah kata terucap..kemana aku akan mencari dirimu dalam remang remang cahaya yang membawa langkahmu..kemana aku harus mengadu karena engkau tak meninggalkan jejak…haruskah aku berteriak agar alam semesta membantuku mencari langkahmu?????….aku juga tidak tau apakah senyum manismu itu adalah senyum perpisahan atau senyum terakhir buaatku..



————————————————–

Puisi Cinta ke-4:

dinginnya malam tak sedingin hariku kala mengingat acuhnya dirimu memandangku,dengan apa aku harus buktikan kalau aku menyayangimu…dengan apa aku harus peragakan kalau aku mengasihimu sepenuh hari,tapi belum sempat ku ucap kata bayangmupun tak tampak lagi..kemana pergimu..kemana langkahmu..kemana bayangmu…yang kesekian kalinya aku harus kecewa karena cinta belum hampiri asaku dengan sempurna

aku titip salam rinduku padamu ………..aku sayang padamu……engkau yang merasakan kasihku..ILV U


————————————————–

Puisi Cinta ke-5:

nuansa indah dihatiku tak pernah menentu itu karena engkau tak pernah menyatakan cinta dengan sempurna….jika itu hanya sebuah ilusi dalam hayal kenapa selalu engkau ucap salam manis buatku setiap hari.. walau begitu aku akan selalu menitipkan kangenku buatmu, ingin aku sapa dirimu setipa kali engkau titip salam tapi aku ragu arena salammu juga samar sampai…



————————————————–

Puisi Cinta ke-6:

mimpi buruk selalu menghantui disetiap langkah kakiku tentang pedasnya ucapan selamat malammu yang engkau lontarkan tadi malam,aku bingung apa arti semuanya,aku juga gak ngerti kanapa demikian,haruskah aku pejamkan mata atau menutup mata sementara dihatiku selalu menggemakan namamu karena aku suka kamu….



————————————————–

Puisi Cinta ke-7:

indah sungguh indah kenangan yang engkau ciptakan bersama usainya malam tanpa selimut sinar rembulan…aku pasrah dalam hangetnya selimut tebal kulitmu…aku terbuai oleh manisnya rayu yang engkau lontarkan ketika kita bersama dalam kasih yang tercipta tanpa ada komando…aku menikmati sejuknya bibir mungilmu ketika menuturkan kisah kisah asmara yang kita jalani sehari hari..aku ingin semua kisah yang ada takkan pernah memudar dan takkan pernah hilang ditelan waktu karena aku sangat sayang padamu



————————————————–

Puisi Cinta ke-8:

kesal kesal kesal………cinta membawaku kejalan kebencian memandangmu,mendengarmu dan mengingatmu……masa bodo dengan dirimu,masa bodo dengan ocehanmu,masa bodo dengan senyummu karena aku lagi kesal denganmu…enyahlah engkau dari hadapanku,enyahlah engkau dari ingatanku,dan pergi jauhlah engkau dari hai hariku…


————————————————–

Puisi Cinta ke-9:

aku ragu dengan dia ,aku resah dengannya karena kasihnya tidak nampak ,karena sayangnya samar,,haruskah aku menyapa untuk mengetahui kepastiannya????….aku bimbang ,aku tidak bisa menyapa,aku tidak bisa menghampirinya,biarkanlah sayang ini lenyap dan pergi seperti dia yang pergi dan berlalu begitu saja dariku….



————————————————–

Puisi Cinta ke-10:

indah sangat indah kenangan diantara kita …semua kita ciptakan karena cinta yang bersemi diantara kita begitu damai,begitu teduh dan begitu manis,,,,namun kenapa tiba tiba saja semua lenyap ,,kenapa tiba tiba saja semua musnah dan kenapa tiba tiba saja hengkang dari hadapanku…..aku ingin semua yang pernah tercipta diantara kita adalah kenangan yang tak akan pernah ternoda oleh asa lain namun aku ingin kenangan itu tersimpan rapat rapat dalam sanubarimu agar suatu saat kalau kau ingin melihatnya masih tertata rapi…



————————————————–

Puisi Cinta ke-11:

sayang kenapa tiba tiba saja asa yang kau titip padaku samar dan kaku?????…sayang kenapa indahnya senyumnu hambar terlihat olehku????aku tidak ingin semuanya begitu saja,karena semuanya belum sempurna aku lihat,ak semua yang ada padamu hanya tercipta buatku dan hanya buat ddiriku dalam hari hari sepanjang waktuku….


————————————————–

Puisi Cinta ke-12:

hari ini sudah hampir seperempatnya berjalan,namun sia sia aku menanti hadirmu diujung jalan yang sepi tanpa ada bayang yang melintas,,,aku hanyalah sebuah raga yang kesepian dalam hayal,aku adalah sebuah sosok yang nelangsa dalam bayangan,tapi aku juga adalah sesosok manusia yang butuh akan cinta dan kasih,karena itu aku menanti hadirmu diujung jalan itu,cintai aku,sayangi aku dan kasihilah aku….



————————————————–

Puisi Cinta ke-13:

tabir hidupmu adalah sebuah pengorbanan yang berat buatku ungkap tapi aku harus melakukannya agar aku tau apakah aku ada dibalik tabir itu..satu persatu akan kubuka tirainya,satu persatu akan ku susun didalam jiwa ini,aku tidak akan menyerah buat melakukannya hingga kutemukan asa tertulis namaku didalamnya,aku juga tidak akan melepaskanmu jiga asa itu ada dan tercipta buatku…terimakaisih buatmu karena engkau ijinkan aku membuka tabirmu karena sebenarnya diantara kita sudah tercipta sebuah asmara yang damai ….



————————————————–

Puisi Cinta ke-14:

hari ini aku bahagia karena dia menghampiriku dan mengucapkan sayangnya padaku,kemana duka yang semalam datang karena tak ada kabar beritanya??masa bodo dengan itu yang jelas hari ini aku bahagia,,aku ingin menumumkan pada semua mahluk yang berada dimuka bumi ini karena hari ini aku seneng,karena hari ini aku bahagia dan karena hari ini aku ringan melangkah itu semua karena hadirmu dan cintamu….



————————————————–

Puisi Cinta ke-15:

dalam kesendirianku tak pernah terbayang akan hadirmu disampingku,,dalam sunyiku tak pernah terbayang akan lambaian tanganmu menggapaiku,,adakah asa yang kau bawa dalam jiwamu buat diriku????…adakah semua yang tercipta dalam raga kan menjadi milikku untuh????…hadirmu dan lambaian tanganmu sangat membuatku terpana akan hadirmu didetik detik penantianku..



————————————————–

Puisi Cinta ke-16:

kau tak kan pernah kulupakan dalam ingat dan benakku karena kau adalah satu satunya belahan jiwa yang tersimpan dalam ragaku,,,kau tak kan pernah terlewatkan dalam canda gurauku karena kau adalah topik pembicaraanku sehari hari,,,mampukah ku melupakanmu?/,,mampukah ku melewatimu??,,walau hanya sedetik dalam ingat takkan pernah kumampu melakukannya,,aku sayang kamu,aku juga tak ingin semua kisah kasih diantara kita ada yang tertinggal karena semua tercipta karena kau dan aku saling menyayangi…..



————————————————–

Puisi Cinta ke-17:

diujung belahan dunia manapun kau berada aku akan menantimu, aku akan hadirkan panorama cinta yang kulukis dengan tinta emas yang kumiliki,aku akan hiasi dengan pita berwarna pink,,andai kau tau betapa rapi dan indahnya kukemas asa ini mungkin kau akan pulang manemuiku dalam keadaan apapun ,,,aku tak akan mengeluh ,,aku tak akan berkomentar tentang pulangmu dalam ragaku karena seperti janji kita dulu aku akan menerimamu apa adanya….



————————————————–

Puisi Cinta ke-18:

gemuruh ombak dilautan luas tak mampu mengalahkan gemuruh dadaku ketika engkau menyapa,,,laut luas tak seluas cinta yang kumiliki,, tak seluas kasih yang kuciptakan buatmu aku akan selalu mengoleksi kisah hari hari kita yang entah sampai kapan akan terbentang dihadapan semua orang karena kita akan mengikrarkan kisah kasih diantara kita berdua..



————————————————–

Puisi Cinta ke-19:

andai semua kata kata dan cerita cerita dalam karyaku ini adalah kisah nyata dalam hidupku, mungkin aku tidak kan mampu membendung suka dan duka yang akan datang silih berganti,,,andai semua kata kata indah ini mampu kulukis setiap hari betapa menumpuknya kertas kertas gambar dan cat warna yang akan tertuang,,,akupun takkan mampu mendapat belaian belaian manis setiap hari dan akupun takkan mampu mendapat sakit hati dari perlakuan perlakuan kasih yang pahit jika itu ada,,,oh andai saja semua ini benar adanya aku hanya akan mampu berucap terimakasih buat semuanya karena papun ini aku harus menerimanya karena takdir dan nasib tidak bisa dirubah dalam sekejab,,,,wahai kasih yang bersembunyi dibalek layar lebar ini dimana dirimu,adakah engkau mendengarkan keluhan dan curahan hari ini????…wahai kasih yang belum sampai dimana gerangan dirimu yang bersembunyi dibalik awan dan hujan,akankan engkau menyapaku dan menghampiriku????dan adakah seorang belahan jiwa yang akan menjadi kasihku?????,,,,hayal dan hayal takkan pernah berhenti sampai disini…..


Puisi Cinta ke-20:

cinta tak mengenal cengeng ,cinta juga tak mengenal putus asa siapkan dirimu buat menyambut cinta yang entah manis atau pahit dijalani,,,,



————————————————–

Puisi Cinta ke-21:

resah dan gelisah terasa ketika detik detik terakhir engkau kadir,,kata yang aku nanti tidak juga tertuang ,,apakan mampu engkau ucapkan kata itu buatku???…aku tidak tau pasti apakah kau mampu atau tidak karena semua kata kata yang akan terucap sudah tertuang semua dari langkah dan gerakmu menghampiriku dalam hari hari terakhir ini



catatan: Cinta pada makhluk gak blh melebihi cinta kepada Allah dan RasulNya, dan gak blh melanggar hak-hak Allah dan RasulNYA